Mursi Sebut Assad Penindas

Mursi Sebut Assad Penindas

Diserang Mesir di KTT GNB, Delegasi Syria Pilih Walk Out   TEHERAN – Kekerasan dan revolusi di Syria menjadi salah satu isu utama dalam konferensi tingkat tinggi (KTT) ke-16 Gerakan Non-Blok (GNB) di Teheran, Iran, kemarin (30/8). Revolusi yang telah merenggut lebih dari 25 ribu jiwa orang, mayoritas di antaranya warga sipil, tersebut juga menjadi bahan utama pidato sejumlah pemimpin. Presiden Mesir Muhammad Mursi menjadi ’’bintang’’ dalam rangkaian KTT GNB kemarin. Bahkan, pemimpin 61 tahun tersebut membuat delegasi Syria memilih walk out dari ruang pertemuan karena menyoroti konflik di negeri tetangga Lebanon, Turki, dan Iraq tersebut. Dalam pidatonya di depan para pemimpin negara-negara anggota GNB, Mursi menyebut rezim Presiden Bashar al-Assad sebagai penindas. Dia pun mengajak dan mengimbau komunitas internasional untuk membantu kelompok oposisi Syria yang sedang berjuang menggulingkan pemerintahan. Mendengar pidato bernada sinis dan juga menyerang itu, delegasi Syria yang mewakili Assad dalam forum tersebut langsung meninggalkan ruangan. ’’Revolusi di Mesir menjadi landasan bagi kebangkitan di Dunia Arab yang diawali pergolakan di Tunisia, Libya, dan Yaman. Kini, giliran (rakyat) Syria yang melakukan revolusi untuk melengserkan rezim penindas,’’ tegas Mursi dalam pidatonya. Presiden Mesir pertama yang menginjakkan kakinya di Iran pasca-Revolusi 1979 itu, tampaknya, memang sengaja mengritik Assad dan pemerintahannya. Lebih lanjut, tokoh Ikhwanul Muslimin (organisasi Islam terbesar di dunia) yang terpilih lewat pemilu demokratis Mei lalu tersebut mengatakan bahwa pemerintahan Assad telah kehilangan legitimasi. ’’Kami bersolidaritas pada rakyat Syria yang berusaha menggantikan rezim penindas. Solidaritas kami merupakan tugas etis serta keharusan politik dan strategis,’’ papar pemimpin yang hapal Alquran tersebut. Tak hanya membuat marah delegasi Syria, pidato Mursi juga mempermalukan Iran selaku tuan rumah KTT GNB. Pasalanya, selama ini Negeri Para Mullah tersebut selalu membela dan menjadi pendukung rezim Assad. Senada dengan Rusia, Iran menganggap krisis yang berlangsung selama sekitar 18 bulan itu sebagai masalah dalam negeri Syria. Karena itu, Teheran menilai negara-negara lain tidak berhak ikut campur. Sebelumnya, Mesir sempat mengajak Iran untuk ikut serta dalam kelompok empat negara mediator dalam krisis Syria. Dua negara lain yang terlibat adalah Turki dan Arab Saudi. Namun, Teheran mengabaikan ajakan itu. Sekjen PBB Ban Ki-mon juga mendesak Iran memainkan peranan penting sebagai mitra penting Syria dan membujuk Assad agar bersedia lengser. Tetapi, ajakan itu tidak bersambut. Sampai sejauh ini pemerintahan Presiden Mahmoud Ahmadinejad belum bersedia memenuhi imbauan semua pihak untuk tak lagi mendukung Assad. Di sisi lain, oposisi Syria tidak ingin Iran terlibat dalam upaya damai untuk mengakhiri krisis di negeri itu. Oposisi tak yakin Teheran,  sebagai sekutu dekat Damaskus, bisa bersikap netral dalam krisis tersebut. Tidak lama setelah delegasi Syria melakukan aksi walk out, Damaskus pun mereaksi pidato Mursi. Menteri Luar Negeri (Menlu) Syria Walid Muallem balik menyerang. Dia pun menuding pengganti Hosni Mubarak itu sengaja memancing pertumpahan darah di Syria lewat pidatonya. ’’Komentar tersebut merupakan bentuk campur tangan terhadap masalah dalam negeri Syria,’’ komentarnya dalam wawancara dengan stasiun televisi Syria. (AFP/AP/hep/dwi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: