Politikus India Cari Simpati
NEW DELHI - Kembali bergolaknya Jammu-Kashmir selama dua bulan terakhir mengundang keprihatinan Sonia Gandhi. Setelah sekian lama bungkam, pemimpin Kongres Nasional India tersebut akhirnya buka suara Kamis lalu (19/8). Dalam komentar pertamanya, dia mengimbau warga India turut bersimpati. “Generasi (muda) Kashmir tumbuh dalam bayang-bayang konflik dan kebrutalan. Penderitaan dan kemarahan yang mereka pupuk harus bisa diurai menjadi energi yang positif,” kata perempuan 63 tahun tersebut di hadapan para petinggi Kongres Nasional India sebagaimana dikutip The Hindustan Times. Penguraian itu, lanjut dia, harus dilakukan lewat jalur dialog dan saling pengertian. Gandhi menegaskan, Kashmir memiliki tempat khusus di hati Kongres Nasional India dan masyarakat Negeri Taj Mahal itu pada umumnya. “Derita mereka juga duka kita,” ungkapnya. Di hadapan politisi senior India, politikus kelahiran Kota Orbassano, Piemonte Region, Italia tersebut mengucapkan belasungkawa atas jatuhnya korban jiwa dalam serangkaian unjuk rasa selama dua bulan terakhir. Dalam kesempatan itu, Gandhi juga memuji kinerja aparat India yang mengamankan wilayah Jammu-Kashmir. Padahal, hampir seluruh warga Kashmir memprotes aparat yang diyakini terlalu arogan. Apalagi, selalu jatuh korban jiwa tiap kali aparat membubarkan protes massa. “Penegak hukum kita yang berada di sana mengemban mandat keamanan yang sangat sulit,” bela Gandhi. Simpati India tersebut menuai reaksi positif Mehbooba Mufti, pemimpin Partai Rakyat Demokratik (PDP) Jammu-Kashmir. Apalagi, sebelumnya, Perdana Menteri (PM) India Manmohan Singh mengutarakan wacana otonomi Kashmir. “Ini adalah awal yang cukup baik. Tapi, otonomi (khusus) bukanlah jalan keluar,” katanya dalam wawancara telepon dengan IANS dari Kota Srinagar. Selama enam dekade terakhir, kata Mufti, Kashmir sudah menjalani otonomi khusus seperti yang dipaparkan Singh. “Kami sudah menjalaninya dengan maksimal. Beberapa pakta seperti kesepakatan Indira (Gandhi)-Syekh (Abdullah) dan Rajiv (Gandhi)-Farooq (Abdullah) gagal dijalankan. Rasanya, tidak perlu kembali menerapkan formula lama,” jelas pemimpin oposisi Jammu-Kashmir tersebut. Apalagi, lanjut dia, sengketa Jammu-Kashmir juga melibatkan komunitas masyarakat lain di Kashmir dan pemerintah Pakistan. “Isu ini punya dampak internasional,” tukas perempuan 51 tahun tersebut. Karena itu, sebelum Singh merealisasikan gagasannya, dia mengimbau New Delhi berkonsultasi dengan komponan-komponen masyarakat Jammu-Kashmir. Termasuk, oposisi. (hep)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: