Masjid Jogokariyan Yogyakarta (2); Subuh Bersubsidi Kesehatan, Sandal Hilang Diganti Baru

Masjid Jogokariyan Yogyakarta (2); Subuh Bersubsidi Kesehatan, Sandal Hilang Diganti Baru

Begitu banyak program yang ditelurkan oleh takmir Masjid Jogokariyan. Semuanya lahir dari pemetaan dakwah, yang meliputi pembuatan database jamaah begitu detil. Dari hasil pemetaan dakwah itulah, banyak program yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan pelayanan jamaah. Laporan: Jamal Suteja, Yogyakarta LAYAKNYA melakukan sensus, takmir Masjid Jogokariyan melakukan pendataan dengan mendatangi rumah warga. Pendataan dilakukan secara komprehensif hingga membuahkan database masjid. Pemetaan dakwah ini sangat penting untuk mengetahui peta dakwah Masjid Jogokariyan. \"Peta dakwah ini yang menentukan area dakwah kita, di mana masjid ini merupakan masjid kampung yang membawahi 18 RT dan 4 RW,\" sebut Sekretaris Takmir Masjid Jogokariyan, Enggar Haryo Panggalih. Database dan peta dakwah Masjid Jogokariyan tak cuma mencakup nama kepala keluarga (KK), pendapatan, pendidikan, atau pun jenis kelamin. Akan tetapi sampai pada siapa saja yang sudah bisa salat dan belum. Kemudian yang berjamaah dan tidak berjamaah di masjid. Yang sudah berkurban dan berzakat lewat Baitul Maal Masjid Jogokariyan. Selain itu, yang aktif mengikuti kegiatan masjid atau belum. Bahkan, yang berkemampuan di bidang apa dan bekerja di mana dan seterusnya. \"Ini yang jadi bahan perencanaan program kegiatan nantinya,\" kata Enggar. Menurut Enggar, saat ini ada sekitar 1.000 kepala keluarga dan 4.000 jamaah yang terdata sebagai objek dakwah Masjid Jogokariyan. Dari data potensi jamaah itu dimanfaatkan sebaik-baiknya. \"Awal tahun 1999 itu kita sudah mulai pendataan untuk pembuatan database. Sampai warga pendatang pun masuk juga database,\" sebut Enggar Haryo Panggalih. Database ini pula yang kemudian melahirkan program klinik sehat bagi jamaah. Agar jamaah lebih semangat lagi untuk melaksanakan subuh berjamaah, ada kartu sehat subsidi bagi yang berobat di Poliklinik Masjid Jogokariyan. \"Setiap jamaah subuh kita beri kartu, kalau berjamaah mereka mendapat subsidi Rp20000. Tapi untuk jamaah yang tidak mampu disubsidi penuh,\" sebut Dina Safitri, salah seorang remaja Masjid Jogokariyan yang mengelola poliklinik. Poliklinik Masjid Jogokariyan buka setiap hari Senin, Rabu dan Jumat. Dimulai dari bakda magrib sampai bada isya. Dina mengatakan, poliklinik yang sudah berjalan cukup lama itu terdapat satu orang dokter yang bertugas, serta sejumlah remaja masjid yang berlatar belakang mahasiswa kedokteran dan kesehatan yang berada di masjid tersebut. \"Dulu kliniknya dikelola sama dokter Nike. Memang dia sudah mewakafkan profesinya untuk masjid. Tapi sekarang sudah meninggal, sehingga dokter yang menggantikan di sini dan dikaver sama dana masjid. Alhamdulillah sejauh ini bisa mengakomodir jemaah,\" ujarnya. Program-program pelayanan seperti ini menjadi daya tarik bagi jemaah. Sebab para jamaah juga tak hanya ikut terpacu untuk selalu salat subuh berjamaah. Di samping juga mendapatkan ibadah salat berjamaah, kesehatan jamaah bisa lebih baik. \"Di sini ada pengecekan kesehatan, cek gula, tensi darah, dan lainnya, yang bisa ditangani oleh kami. Tapi untuk sampai perlu penangan medis kita biasanya serahkan ke dokter atau dirujuk ke rumah sakit,\" jelasnya. Tak hanya itu, ada pula program lainnya. Seperti sedekah segenggam beras. Program ini dikhusukan bagi para ibu-ibu rumah tangga. Warga tidak perlu lagi punya uang untuk bersedekah, sehingga tidak memberatkan. Mereka hanya memasukan beras ke kotak yang sudah disediakan di depan halaman masjid. \"Ya ini secara simbolik, tapi ada juga warga yang memberikan sedekah dalam karung. Kita salurkan kembali ke warga-warga yang membutuhkan,\" katanya. Setiap 15 hari sekali, pihak masjid memberikan sekitar 5 kg kepada setiap warga duafa. Biasanya ada sekitar 20 warga yang menerimanya,\" sebutnya. Ada pula program garansi sepatu dan sandal yang hilang. \"Itu kami ganti yang baru sesuai dengan barang yang hilang. Dengan merek dan harga yang sama,\" jelasnya. Semua program itu, merupakan pelayanan kepada para jemaah. Hal itu karena takmir Masjid Jogokariyan menerapkan konsep manajemen masjid dengan tiga langkah, yakni pemetaan, pelayanan, dan pemberdayaan. (*/bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: