Robot Dental Light Pertama di Dunia, Buatan Anak Cirebon

Robot Dental Light Pertama  di Dunia, Buatan Anak Cirebon

BERAWAL dari sebuah diskusi panjang dengan rekan mahasiswa kedokteran saat KKN, Muhammad Anis Al Hilmi Mahasiswa Jurusan Ilmu Komputer dan Elektronika Fakultas MIPA Universitas Gajah Mada (UGM) Jogjakarta asal Kabupaten Cirebon, berinisiatif menciptakan sebuah alat yang bisa membantu para dokter khususnya dokter gigi dalam memeriksa pasien tanpa menggunakan alat konvensional yang bersentuhan langsung dengan tangan dan berisiko tak steril. Dalam waktu 8 bulan, akhirnya ia menciptakan sebuah prototype robot kendali lengan berbasis pengolahan citra digital yang diberi nama Dental Light. Muhammad Anis Al Hilmi atau biasa disapa Anis, pada siang kemarin (11/9) sangat terlihat santai, dengan mengenakan T-Shirt berwarna hitam dan celana blue jeans mau menunggu Radar di depan SMK Nusantara Plered. Padahal saat itu, terik matahari tengah mencapai titik kulminasi hingga menembus kulit ari. Tapi, hal itu tak menyurutkan langkahnya untuk menuggu, karena sebelumnya sudah janjian untuk bertemu. Mengandalkan komunikasi dengan pesawat telepon dengan nomor yang diberikan oleh seorang teman, akhirnya kami dipertemukan walaupun sebelumnya tak saling kenal. Tak lama saling tegur sapa, Radar diarahkan menuju kediaman orang tua Anis yang tak jauh dari jalan raya, dan hanya berjarak kurang dari 50 meter dari bibir sungai Cipager yang saat ini dipenuhi dengan berkubik-kubik sampah. Asri dan sepi, itulah kondisi rumah orang tua Anis. Berdasarkan sepintas pandangan mata, rupanya pria lulusan SMA Negeri 1 Kota Cirebon ini anak seorang tukang rias pengantin dan tanpa ditanya pun akhirnya ia mengakuinya. Anis adalah seorang sosok pemuda yang terlihat sederhana, tak tampak sesuatu yang lebih dari santri Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta ini. Gestur tubuhnya pun tak menampakkan bahwa ia mempunyai sesuatu yang lebih. Namun setelah dikorek lebih dalam, ternyata dia punya sesuatu yang bisa mengubah teknologi kedokteran gigi di masa yang akan datang. Bermodalkan sebuah ide tentang terciptanya sebuah alat untuk membantu para dokter gigi di Indonesia dalam melayani pasiennya, Anis secara bertahap mencari sebuah referensi teknologi instrumen program yang berkaitan dengan teknologi kedokteran gigi, kemudian diambil sisi lainnya untuk diaplikasikan dalam rencana ciptaan. “Dari obrolan dengan rekan saya yang kuliah di Fakultas Kedokteran, saya ditantang bisa tidak buat teknologi yang bisa membantu para dokter untuk mengecek pasiennya, terutama dalam pencahayaan agar mengetahui lebih detail letak penyakit yang diderita pasien, khususnya bagian luar tubuh manusia,” kata Anis. Setelah ditantang dan kebetulan dia sedang menyusun skripsi, akhirnya ditemukan sebuah ide untuk penyususnan skripsi bertemakan teknologi aplikatif yang mengkolaborasi seluruh disiplin ilmu, seperti ilmu elektronika, ilmu instrumentasi, ilmu robotika dan kedokteran gigi. “Berdasarkan hasil saran dan pendapat dosen pembimbing, terciptalah judul skripsi Purwarupa Kendali Lengan Dental Light Dengan Isyarat Jari Berbasis Pengolahan Citra Digital,” ucapnya. Selama 8 bulan, ia jatuh bangun menciptakan desain dan aplikasi teknologi yang akan diterapkan. Ternyata, menciptakan sebuah teknologi tak semudah yang ia kira, butuh keuletan dan kesabaran. “Memadukan olah citra digital dan robotika tidaklah mudah, diperlukan banyak perangkat, baik perangkat lunak maupun perangkat keras,” katanya. Anis harus mengumpulkan barang-barang bekas dan sejumlah piranti guna menunjang beroperasinya robot yang diklaim baru satu-satunya yang ada di dunia ini. Agar bisa bergerak, robot ini diperlukan sendi-sendi yang berasal dari motor jenis servo berjumlah 4 buah, sehingga bisa melakukan delapan gerakan. Kemudian, untuk mengontrol gerakan robot, ada alat yang bernama servo controller atau pengendali servo. Ada papan sirkuit elektronik yang dirancang sendiri. Ada kabel USB berikut control USB yang berfungsi untuk output olah citra digital. Webcam untuk menangkap isyarat tangan, lampu dan sebagai otaknya ada komputer atau laptop. “Semua alat kita susun dan dirakit hingga tercipta robot,” beber anak sulung dari pasangan Muhari dan Titim Fatimah ini. Berdasarkan hasil penelusurannya, robot ini belum ada di dunia. Diakui bahwa ada robot yang cara bekerjanya sama, yang membedakan adalah tidak menggunakan isyarat tangan. Tapi, menggunakan gelombang suara. “Pendapat saya, dengan suara ada kelemahan karena akan menyebabkan kebisingan,” akuinya. Di UGM sendiri, prototype robot dental light hasil ciptaanya, saat ini tengah dikembangkan lagi oleh adik tingkat guna penyempurnaan alat dan kegunaan. Karena, robot ini masih belum mengaplikasikan unsur artistik dan kemudahaan kegunaan. Ke depan, pihaknya sudah merancang agar alat ini bisa diterapkan di dunia kedokteran gigi. “Saya sudah berkomunikasi dengan pihak Fakultas Kedokteran UGM, dokter dan direksi rumah sakit UGM. Alhamdulillah, mereka tertarik untuk minta hasil laporan penelitian saya yang sudah disusun dalam bentuk skripsi,” ungkapnya. Pihaknya juga sudah berencana agar robot ciptaannya akan dipasarkan secara komersil dengan merintis perubahan teknologi bernama Idebeda bersama rekan-rekannya. Ia berharap teknologi yang diciptakan ini bisa membantu manusia dalam melakukan aktivitasnya, terutama dalam bidang kedokteran. “Saya ingin apa yang diciptakan bermanfaat untuk kehidupan manusia,” pungkasnya. (mohamad junaedi)      

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: