Pameran Foto “Pelal” Klise Unswagati; Muludan Tak Cuma Panjang Jimat

Pameran Foto “Pelal” Klise Unswagati; Muludan Tak Cuma Panjang Jimat

Datang ke pameran foto \"Pelal\" karya Klise Unswagati seakan membawa siapapun yang melihatnya ikut merasakan sebuah tradisi sakral. Jepretan karya foto yang terpajang menggambarkan beragam kegiatan yang rutin diadakan di Keraton Kanoman. Laporan Mike Dwi Setiawati, Cirebon TRADISI rangkaian peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW terangkum dalam 117 foto dalam pameran Pelal bertemakan \"Ing Dalem Keraton Kanoman Nagari Caruban\" di Gramedia Cipto Cirebon. Seperti yang diketahui, Pelal atau yang sering disebut Panjang Jimat merupakan tradisi keraton setiap Maulid Nabi SAW. Tradisi ini kerap diistimewakan sebagai bentuk rasa syukur atas lahirnya Nabi Muhammad SAW. Menyaksikan rentetan ritual mulud, dalam foto tentu memberi kesan yang berbeda. Misalnya, Foto berjudul \"Nggilis\" yang terlihat ibu-ibu berpakaian hijau tengah menghaluskan bahan-bahan boreh. Adapula foto berjudul \"Pindah Tangan\", menggambarkan hal unik dalam tradisi tersebut. Karena konon, proses Mipis ini apabila pada bahan boreh yang jatuh ketika proses menghaluskan, bahan boreh tersebut tidak bisa digunakan lagi. Lalu ada foto sekumpulan orang yang tengah menumbuk bumbu-bumbu. Foto tersebut menceritakan proses ritual Damel Bumbu Kebuli. Ritual ini prosesi pengolahan bahan makanan mulai dari memasak nasi jimat, sampai pembuatan lauk pauk untuk acara panjang jimat. Kemudian ada foto seseorang menumpahkan minyak yang terbuat dari kelapa ke dalam wajan. Foto itu menggambarkan ritual Damel Banjir, yakni proses pembuatan minyak di area Pawon yang berada di lingkungan Kedaton, tempat kediaman sepuh keluarga keraton. Yang menarik lagi, ada foto berjudul \"Ngarak Gong\". Terlihat dalam foto itu beberapa orang membawa seperangkat gong. Rupanya, foto itu menceritakan ritual Gong Sekati Medal. Sebuah prosesi mengeluarkan gong dan alat-alat gamelan dari Bangsal Ukiran menuju Langgar untuk dibersihkan dengan menggunakan air yang berisi kembang 7 rupa. Dalam ritual ini, hanya keluarga keturunan Keraton Kanoman dan abdi dalam yang boleh memasuki Bangsal Ukiran. Lalu, gong dan alat-alat gamelan yang sudah dicuci dibawa kembali menuju Siti Hinggil. Foto berjudul \"Potong Leher\" turut mengundang perhatian. Terlihat sekumpulan pemuda mencekal seekor kerbau. Foto tersebut menceritakan ritual \"Nyembelih Mahesa\", sebuah prosesi menyembelih kerbau yang kerap dilakukan pada ritual Pelal. Daging kerbau yang telah disembelih diolah untuk melengkapi lauk-pauk para abdi. Ada juga foto berjudul \"Manggul Saji\", rangkaian foto yang menceritakan ritual Panjang Jimat atau yang biasa disebut Pelal Ageng, merupakan puncak dari rangkaian acara muludan. \"Dari semua foto yang dipamerkan, kami ingin masyarakat jadi lebih tau bahwa Pelal itu bukan malam Panjang Jimat saja, tapi juga banyak rangkaian ritual lain yang punya filosofinya sendiri,\" ujar Ketua Pameran, Eris Sarip Hidayat. Ada 117 foto yang dipamerkan hasil karya 13 pameris dan 22 story. Story tersebut diambil dari seluruh rangkaian ritual mulud, seperti mipis, latihan gamelan, bersih alat pawon, nasi jimat, damel bumbu kebuli, damel banjir, ngose, mungkus slawat, gong sekati medal, nyisir, nyiram gong sekati, saji buah, panjang mios, pelal alit, awit muni gong sekati, nyembelih mahesa, nyiram pecara, nyiram panjang, buang takir, gong sekati wangsul dan tumpengan. Salah satu pameris, Siti Hana mengaku, untuk mendapatkan foto-foto tersebut tidak mudah. Pasalnya, selain harus mengikuti aturan yang ada di keraton, dirinya juga sempat merasakan kejadian-kejadian mistis. \"Kayak pas motret ritual Damel Banjir, kita nungguin masak minyak itu nggak mateng-mateng, beberapa jepretan foto juga hasilnya aneh. Ya ngeblur, ya gelap padahal udah di-setting kameranya,\" ungkapnya. Sementara itu, Juru Bicara Keraton Kanoman Ratu Raja Arimbi Nurtina sangat mendukung pameran yang dilakukan Klise Unswagati. Pasalnya, dengan foto-foto yang ditampilkan, membantu Keraton Kanoman dalam menyampaikan pesan kepada masyarakat. \"Semua ritual punya filosofi dan makna, dari proses kehamilan sampai kelahiran Nabi Muhammad SAW. Pameran foto itu perlu agar masyarakat lebih tau, karena Keraton Kanoman bukan milik sultan dan keluarganya saja, tapi milik semua,\" tuturnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: