6 Hari Tidak Tidur, Kunto Hartono Pecahkan Rekor Dunia Gebuk Drum 145 Jam

6 Hari Tidak Tidur, Kunto Hartono Pecahkan Rekor Dunia Gebuk Drum 145 Jam

Drumer Kunto Hartono kembali memecahkan rekor dunia bermain drum terlama. Dia sukses menggebuk drum selama 145 jam. Catatan waktu itu melampaui rekor sebelumnya milik drumer Kanada Steve Gaul dengan 134 jam. Bagaimana perjuangan Kunto mencatatkan namanya di buku Guinness World Record itu?  Laporan: ANDRA NUR OKTAVIANI, Palembang GEBUKAN drum Kunto semakin keras. Wajahnya pun tambah semringah. Senyumnya mengembang bersamaan dengan penghitungan mundur yang dilakukan panitia pemecahan rekor. Begitu penghitungan waktu selesai, Kunto langsung berteriak histeris. Dia memeluk istrinya, Feny Rediana, yang mendampinginya selama proses pemecahan rekor. “Palembang, alhamdulillah, 6 Januari 2017,” teriak Kunto dari atas panggung di Lapangan Benteng Kuto Besak, Palembang, Sumatera Selatan, Jumat lalu (6/1). Teriakan Kunto disambut tepuk tangan ratusan penonton, termasuk jajaran pimpinan Kodam II/Sriwijaya. Hadir, antara lain, Kasdam II/Sriwijaya Brigjen TNI M. Taufik, Danrem 044/Garuda Dempo Kolonel Inf Kunto Arief Wibowo, serta Dandim 0418 Palembang Letkol Inf Ferdi Prasyono. Pemecahan rekor itu sekaligus meramaikan peringatan Hari Jadi Ke-71 Kodam II/Sriwijaya. Menariknya, begitu Kunto sukses memecahkan rekor dunia, Danrem Kunto Arief beserta jajarannya langsung terjun ke Sungai Musi. Aksi itu merupakan nazar yang pernah diucapkan anak mantan Wapres Try Sutrisno tersebut sebelum pemecahan rekor. “Saya sangat berterima kasih (kepada Mas Kunto Hartono). Ini juga hadiah buat ulang tahun ke-71 Kodam II/Sriwijaya. Saya pernah bernazar, kalau Mas Kunto berhasil memecahkan rekor, saya nyemplung ke Sungai Musi. Dan, nyatanya berhasil. Maka, ya saya harus melaksanakan nazar itu,” kata Danrem Kunto Arief. Begitu detik terakhir pemecahan rekor, pukul 14.35 WIB, bendera Merah Putih raksasa berukuran 150x20 meter langsung dibentangkan di Lapangan Benteng Kuto Besak oleh prajurit Kodam II/Sriwijaya dan para siswa sekolah. Suasana jadi mengharu biru. Tampak sang pencetak rekor, Kunto Hartono, tak bisa menahan tangis. Dalam kondisi lemas, dia menerima jabat tangan dan pelukan dari para tamu undangan serta orang-orang yang mendampinginya selama enam hari enam malam itu. Kendati tampak kelelahan, Kunto tetap tersenyum mendapat ucapan selamat dari berbagai pihak. “Alhamdulillah, mimpi saya akhirnya terwujud. Semua usaha dan kerja keras saya dan tim selama ini tidak sia-sia. Pencapaian ini saya persembahkan untuk Indonesia,” ucap Kunto yang langsung dilarikan ke rumah sakit tentara yang tak jauh dari tempat acara untuk menjalani pemeriksaaan kesehatan sekaligus beristirahat. Saat berhasil melewati rekor Steve Gaul dini hari kemarin, Kunto merasa lega bukan main. Kondisinya yang kelelahan tiba-tiba kembali bangkit. Semangatnya langsung menggelora ketika tim pengawas pemecahan rekor Guinness World Record memberi tahu bahwa tidak lama lagi dirinya melewati rekor dunia yang sebelumnya dipegang drumer asal Kanada itu. Dan, tepat pukul 02.00, Kunto resmi melampaui catatan waktu Steve 134 jam menggebuk drum. Dia melewatinya dengan iringan lagu Bendera milik band Cokelat. Meski sudah memecahkan rekor dunia, Kunto tidak lantas mau berhenti. Dia terus memukulkan stik drumnya dengan penuh semangat kendati kelelahan dan dilanda rasa kantuk. Drumer kelahiran Banyuwangi, 27 Maret 1977, itu tetap ingin mencatatkan waktu 145 jam sesuai dengan rencana. “Sebenarnya, 135 jam saja sudah tercatat melewati rekor sebelumnya. Tapi, nanti ada yang bikin rekor 136 jam. Selisihnya terlalu dekat. Jadinya tidak sulit dilewati. Makanya, Mas Kunto mau sampai 145 jam,” kata Chenz, anggota tim Kunto. Saat itu, wajah Kunto sudah sangat kusut. Matanya memerah dan bengkak karena menahan kantuk. Sejak 30 Desember lalu, pukul 23.30, dia tidak tidur dengan layak. Namun, stamina Kunto masih prima. Menurut tim dokter dari Kesdam II/Sriwijaya yang bertugas mendampingi aksi itu, keadaan tubuh Kunto masih baik. Semua organnya berfungsi normal. Drumer berambut pirang itu tidak pernah mengeluh sakit selama proses pemecahan rekor “Dia hanya mengantuk. Rasa kantuk itulah yang jadi tantangan terberat Mas Kunto. Kemarin juga sempat drop karena kantuknya sudah enggak bisa ditahan,” ungkap Chenz. Menurunnya kondisi fisik Kunto, kata Feny Rediana, sang istri, dipengaruhi cuaca Palembang yang kurang mendukung. Dia menyatakan, cuaca Kota Empek-Empek sangat panas saat siang dan cukup dingin saat malam. Karena itu, ketika siang, Kunto tidak boleh kekurangan asupan cairan. Sedangkan pada malam, angin yang cukup kencang kerap membuat tubuh Kunto tidak nyaman. Chenz menambahkan, ada jam-jam tertentu Kunto merasakan kantuk yang luar biasa. Yakni, sekitar pukul 12.00 dan menjelang subuh. Maka, pada waktu-waktu kritis itulah Chenz dan Feny terus mendampingi Kunto.  Anak Kunto, Miranti Kusuma Astari, juga sempat mendampingi ayahnya. Tidak jarang mereka duduk di samping Kunto yang tengah menggebuk drum sambil menahan kantuk untuk memberikan semangat. “Kalau sudah mengantuk, biasanya langsung kami beri gula merah. Kalau makan, nasinya sedikit. Sayur dan buah yang banyak. Vitamin juga,” papar Feny. Sang istri tercinta tak lupa juga selalu menyiapkan ’’sesajen’’ untuk suaminya. Mulai air putih, kopi, gula merah, kacang arab, kurma, susu murni, dan tahu-tempe. Menurut Feny, tahu dan tempe adalah permintaan khusus Kunto. “Tahu dan tempe ini hukumnya wajib tersedia di dekat Mas Kunto,’’ cerita Feny. ’’Rokok juga tidak ketinggalan. Tidak lagi bungkus-bungkusan hitungannya, tapi slof-slofan. Hehehe...,’’ timpal Chenz. Secara rutin, Chenz dan Feny juga membisikkan kata-kata penyemangat. Mereka selalu mengingatkan Kunto untuk terus membunyikan drumnya. Jika tidak seperti itu, Kunto bisa saja tertidur di belakang drum dan gagal memecahkan rekor dunia. Feny menyatakan, menyemangati suaminya itu bukanlah hal mudah. Terlebih setelah Kunto melewati tiga hari pertama. “Setelah hari ketiga, ngantuknya makin parah. Dia juga mulai terhalusinasi. Emosinya juga makin tinggi. Dia sering marah-marah. Jika sudah seperti itu, kami harus sabar,” ungkap Feny. Dia menambahkan, pemecahan rekor kali ini terbilang jauh lebih ringan daripada pemecahan rekor sebelumnya yang dilakukan di Malang beberapa waktu lalu. Pada pemecahan rekor sebelumnya, Kunto diberi kesempatan istirahat per delapan jam. Istirahatnya hanya 15 menit. Pada pemecahan rekor kali ini, Guinness World Record punya aturan baru. Yakni, pemecah rekor punya kesempatan istirahat selama lima menit setelah bermain selama satu jam. Jumlahnya pun bisa diakumulasikan. Setelah dihitung, Kunto memilih untuk beristirahat setiap empat jam dengan durasi 20 menit. “Tadinya sempat mau per 8 jam. Tapi, nanti malah mengganggu mood karena istirahatnya terlalu lama, sampai 40 menit. Empat jam ini paling pas,’’ terang Feny. Dua puluh menit jatah istirahat dimanfaatkan Kunto sebaik-baiknya. Selain buang air, waktu istirahat itu digunakan untuk medical checkup. Semua organ Kunto diperiksa dengan alat EKG. Dia juga diberi suplai oksigen agar tubuhnya kembali fresh. Pijatan relaksasi di kaki dan tangannya juga diberikan untuk membantu melemaskan otot-ototnya yang digunakan untuk menggebuk drum. “Dia juga kadang tidur sebentar,’’ ucap Chenz. Pemecahan rekor Kunto kali ini sempat hampir terganjal. Baru beberapa jam menggebuk drum, sound system sempat mati. Untung, kamera yang merekam kegiatan Kunto ngedrum tidak ikut mati. Jika sampai mati, usaha Kunto akan sia-sia. Bisa dianggap tidak sah. Chenz menyatakan, rekaman kamera itulah yang akan menjadi bukti sahih untuk dikirim ke Guinness World Record. Di sana, rekaman kamera tersebut dipelajari, lalu diverifikasi. Selain rekaman, beberapa dokumen pendukung akan diikutsertakan. “Banyak form-nya. Termasuk kliping artikel di koran-koran yang memuat berita pemecahan rekor. Ada juga surat pernyataan yang ditandatangani pejabat setempat dan saksi dari masyarakat. Banyak sih,” kata Feny. (*/c5/ari)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: