Tiba Waktunya Barack Obama Meninggalkan Gedung Putih

Tiba Waktunya Barack Obama Meninggalkan Gedung Putih

Dalam hitungan hari, Presiden Barack Obama tidak akan lagi menjadi penguasa Gedung Putih. Setelah delapan tahun menjadi pemimpin Amerika Serikat (AS), tiba waktunya bagi tokoh 55 tahun itu untuk lengser. Selasa malam (10/1) sebuah pidato perpisahan yang menguras emosi menandai akhir masa kepemimpinan Obama. POLITIKUS Partai Demokrat tersebut sengaja memilih Kota Chicago sebagai lokasi penyampaian pidato terakhirnya. Sebab, di kota itulah dia merintis karir politiknya. Pria keturunan Kenya yang lahir di Kepulauan Hawaii itu juga selalu menyebut Chicago sebagai kampung halamannya. Meski, dia tidak akan pulang ke kota itu setelah tak lagi menjabat presiden. Obama mengawali pidatonya dengan sapaan “Halo Chicago” dan ucapan terima kasih. Setelah delapan kali mengucapkan kata thank you dan massa masih tetap bertepuk tangan sambil bersorak-sorai, suami Michelle itu pun lantas berkelakar. “Anda bisa menyebut saya lame duck (tidak becus, red) sekarang karena tak ada seorang pun yang menuruti instruksi saya untuk duduk,” candanya. Dalam pidato yang disiarkan langsung sebagian besar stasiun televisi AS itu, Obama lebih banyak berbicara tentang demokrasi. Dia mengimbau generasi muda untuk ikut ambil bagian dan berperan aktif dalam demokrasi AS. “Tentang perbedaan di antara kita, kita tumbuh di dalamnya bersama-sama. Kita sukses dan gagal sebagai satu kesatuan,” ujar bapak dua anak tersebut. Dia lantas menyebut keberpihakan, fanatisme, rasisme, dan ketidakadilan sebagai faktor utama yang mengancam demokrasi AS. Karena itu, penting bagi generasi muda untuk tidak terlalu ekstrem mengagung-agungkan salah satu partai. Sebab, yang menyusun masyarakat AS bukan hanya satu partai. Tapi, dia juga sadar bahwa rasa persatuan itu sudah banyak tergerus. “Tatanan demokrasi di negara ini sedang diuji. Pertama, oleh aksi kekerasan dan fanatisme yang mengaku sebagai wakil Islam. Selanjutnya, oleh para otokrat di pasar bebas,” ungkap Obama. Dia lantas berpesan agar masyarakat Chicago bisa lebih bijaksana dan cerdas menyikapi banyak hal yang sering hadir dalam rupa demokrasi palsu. Dia menyatakan, musuh AS bukanlah militan atau bom, tapi mereka yang antidemokrasi. Dalam kesempatan itu, Obama juga mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada Michelle dan dua putrinya, Malia dan Sasha. Dia menyatakan bangga memiliki keluarga yang solid dan berkarakter serta selalu saling mendukung dalam berbagai situasi. Dia juga bangga keluarganya bisa menjadi panutan dan inspirasi banyak orang. Khususnya generasi muda AS. Di hadapan sekitar 18 ribu orang yang berkumpul di McCormick Place pada Selasa malam lalu itu, Obama menyampaikan rasa bangganya menjadi suami Michelle. “Michelle LaVaughn Robinson dari South Side, selama 25 tahun terakhir, kau tidak hanya menjadi istriku dan ibu anak-anakku, tapi kau juga teman terbaikku. Kau menjalani peran yang tak pernah kau minta. Dan kau menjalankannya dengan anggun dan positif,” ujar Obama. Saat mengucapkan kalimat itu, Obama berkali-kali mengambil jeda. Tampak dia menahan tangis. Sesekali dia mengusap matanya. Di deretan undangan, Michelle yang dinikahi Obama pada 1992 terlihat memandang penuh cinta. Dia menganggukkan kepala seakan memberikan dukungan kepada pria yang tak pernah malu untuk menunjukkan rasa cintanya di hadapan publik itu. Lebih lanjut, Obama menyebut Michelle sebagai orang penting di balik membanjirnya cinta rakyat AS kepada keluarga mereka. Sebab, ibu dua anak itu menjalankan perannya dengan sungguh-sungguh. “Kau menjadikan Gedung Putih rumah bagi semua orang,” ungkapnya. Tepuk tangan dan sorak-sorai pun kembali membahana di ruangan tersebut. Obama juga menyebut Malia dan Sasha sebagai semangat terbesarnya. Sebab, dua anak gadisnya yang beranjak dewasa itu tumbuh menjadi sosok yang layak diteladani. Selasa malam itu, dia berbicara tentang dua putrinya sambil menatap si sulung Malia yang duduk di samping sang ibu. Sasha tidak hadir dalam momen penting sang ayah karena harus mempersiapkan diri menghadapi ujian. “Dari banyak tugas dan peran yang telah saya jalani, menjadi ayah kalian adalah hal yang paling membuat saya bangga,” ungkap Obama. Dalam pidato terakhirnya sebagai commander-in-chief itu, Obama tak lupa menyebut peran wakilnya. “Joe Biden, bocah asal Scranton yang gemar berkelahi dan lantas menjadi anak kesayangan Delaware, Anda adalah pilihan pertama yang saya ajukan (sebagai wakil presiden) dan terbukti sebagai yang terbaik,” tegasnya. Biden yang hadir bersama istrinya, Jill, pun tersenyum lebar di tempat duduknya. Obama menyatakan, Biden tidak hanya menjadi mitra terbaiknya dalam memimpin AS, tapi juga saudara. Tepatnya seorang kakak laki-laki. “Kami mencintai Anda dan Jill layaknya saudara. Persahabatan kita menjadi salah satu kebahagiaan terbesar sepanjang hidup,” ujarnya. Selama menjadi presiden, Obama tidak hanya menghabiskan waktunya bersama Biden di kantor, tapi juga dalam berbagai aktivitas informal. Saking kompaknya, pasangan presiden dan wakil presiden itu sempat beradu peran dalam video pendek yang menggambarkan hari-hari terakhir Obama di Gedung Putih. Video itu menuai respons apik dari masyarakat. Apalagi, dalam video tersebut, Biden memperlihatkan sifat aslinya yang suka bercanda dan sedikit konyol. Pada akhir pidatonya, presiden kulit hitam pertama AS itu mengungkapkan bahwa dirinya telah membuktikan slogan Yes, We Can pada masa kampanyenya lewat kerja nyata. Karena itu, Selasa malam itu, dia memodifikasi slogan tersebut menjadi Yes, We Did. (AFP/Reuters/CNN/TheGuardian/hep/c5/any)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: