TPID Masih Kaji Penyabab Lonjakan Harga Cabai

TPID Masih Kaji Penyabab Lonjakan Harga Cabai

LEMAHWUNGKUK – Ada yang menarik dari inspeksi mendadak Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) ke tiga pasar yakni Pasar Pagi, Perumnas dan Kanoman. Dari ketiga pasar itu, ada perbedaan mencolok untuk penjualan cabai rawit merah. Di Pasar Pagi, cabai rawit merah atau kerap disebut cabai setan dijual Rp200 ribu per kilogram. Di Pasar Perumnas dijual Rp120 ribu/kg dan di Pasar Kanoman Rp100 ribu/kg. Perbedaan mencolok ini membuat TPID heran. “Kita berusaha mencari penyebabnya, kita kaji dulu. Apakah betul ini naiknya karena gagal panen, kenaikan bahan bakar atau permainan distributor?\" ujar Asisten Daerah Perekonomian dan Pembangunan, Ir Yoyon Indrayana, kepada Radar, Jumat (13/1). Yoyon mengaku, mewawancari pedagang untuk menggali informasi mengenai penyebab kenaikan harga. Inspeksi juga diikuti Dinas Perindustrian Pedagangan Koperasi dan UMKM, Dinas Pangan Pertanian Kelautan Perikanan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dan lainnya. Hasil wawancara itu, kesimpulannya penyebab utama kenaikan harga cabai ialah gagal panen. Tetapi, alasan ini tidak serta merta diterima. TPID akan melakukan kajian lanjutan, sehingga masalah harga cabai ini bisa diselesaikan. “Cabai merah sekarang sedang jadi primadona, harganya juga mahal,” katanya. Dalam inspeksi itu, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Cirebon, Abdul Madjid Ikram menambahkan, TPID dan Pemerintah Kota Cirebon akan terus mendorong pelaku usaha untuk memasok barang sehingga tidak mengalami kekosongan yang berakibat kenaikan harga. Pasar induk juga harus tetap menyuplai dan menyediakan pasokan. Terkait harga cabai yang masih tinggi, dirinya menghimbau kepada masyarakat sementara tidak mengkonsumsi cabai terlebih dulu. \"Minggu lalu masih Rp100 ribu ya yang cabai rawit merah, sekarang ada yang Rp200 ribu mungkin itu yang kualitas terbaik. Kami sarankan untuk sementara beli cabai olahan atau kemasan saja yang harganya relatif stabil,\" katanya. Hadir pula dalam sidak tersebut, Dinas Pangan Pertanian Kelautan Perikanan, drh Maharani Dewi. Menurutnya, kenaikan harga cabai bisa disebabkan beberapa faktor. Bisa karena cuaca sampai permainan distributor. \"Kalau Kota Cirebon hanya konsumsi pasar saja, karena tidak ada lahan khusus untuk petani cabai. Tidak bergantung waktu karena ini awal tahun jadi harga-harga mahal, karena fluktuatif ya,\" tuturnya. Penjual sayuran di Pasar Pagi, Sarah (34) mengaku tak tahu mengenai perbedaan harga yang sedemikian signifikan dengan pasar lain. Menurutnya, harga cabai setan tinggi karena dari pengepul harganya sudah tinggi. Lonjakan harga ini menyebabkan terjadinya penurunan daya beli. “Biasanya kan cuma Rp60 ribu/kg. Ini naiknya tiga kali lipet lebih,” katanya. Penurunan daya beli, kata Sarah, membuat pedagang kebingungan. Bahkan, mulai mengurangi stok karena khawatir membusuk. Hal yang sama diakui Ida (30), penjual sayuran di Pasar Perumnas. Ida menjual cabai rawit merah Rp120 ribu per kilo, sedangkan cabai rawit hijau Rp70 ribu. Ida juga tak mengetahui, mengapa ada perbedaan harga yang begitu kontras. Kendati demikian, harga cabai belakangan ini mulai berangsur turun. \"Sudah mulai turun sekarang sih, rawit hijau Rp70 ribu tadinya sampe Rp80 ribu. Yang masih mahal rawit merah saya jual Rp120 ribu,\" katanya. Ida menambahkan, biasanya mampu menjual cabai rawit merah lima kilogram dalam sehari. Namun, karena harga tinggi, penjualan cabai rawit pun berkurang. \"Sekarang saya jual cuma sekilo setengah, itu juga cepet habis karena susah barangnya,\" lanjutnya. Ida mengaku tak tau pasti penyebab kenaikan harga cabai rawit beberapa hari ini. Ia hanya tau pasokan cabai rawit berkurang karena musim hujan. \"Infonya sih gagal panen ya petaninya karena musim hujan. Memang ada cabai yang busuk, gak semua kualitasnya bagus,\" bebernya. (mik)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: