Menyusuri Jejak Samar-Samar Tur Ajax Amsterdam ke Berau

Menyusuri Jejak Samar-Samar Tur Ajax Amsterdam ke Berau

Lapangan Bola yang Dipergunakan Tanding Masih Bagus Kabar laga tandang Ajax Amsterdam ke Teluk Bayur, Kabupaten Berau Kalimantan Timur, itu diketahui hampir semua warga setempat. Begitu banyak kesaksian, meskipun bukan lagi dari orang pertama. Jawa Pos (Radar Cirebon Group) mencari remahan cerita yang membanggakan itu. JUNEKA SUBAIHUL MUFID, Berau LAPANGAN di depan sebuah sekolah dasar itu kecil. Sekitar separo saja lapangan sepak bola pada umumnya. Hanya, kondisi rumputnya masih terawat. Sebab, drainase-nya bekerja dengan baik. Hujan sederas apapun, tidak banjir. Di sekelilingnya juga ada selokan yang cukup dalam. Tapi, bukan drainase atau kondisi rumput itu yang membuat lapangan di Teluk Bayur tersebut masyhur di seantero Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Melainkan, karena di situlah konon Ajax Amsterdam, klub raksasa Belanda, pernah bermain. ”Saya lihat sendiri foto punya Pak Mahlan. Ada sederet pemain berdiri mengenakan kostum Ajax atau dibacanya Ayak,” kata Zulkifli Haris, seorang warga Teluk Bayur. Mahlan yang dimaksud Haris sudah almarhum sekarang. Haris menyebutnya sebagai salah seorang pemain klub setempat yang berkesempatan menjajal Ajax. Namun, foto hitam putih yang disebutkan pria kelahiran 1966 itu sudah tak karuan di mana sekarang. Yang pasti dia melihatnya ketika masih duduk di bangku SMP. ”Di foto itu pohon beringin di pinggir lapangan masih kecil,” tambah pria yang kini menjadi dewan pembina sepak bola di Teluk Bayur. Sayang memang, jejak Ajax di Berau itu kini remang-remang. Semua saksi mata telah tiada. Peninggalan berupa foto atau dokumentasi tulisan juga tak ada. Kalaupun ada, tak karuan di mana. Padahal, kedatangan Ajax yang diperkirakan terjadi pada 1946 itu sebuah sejarah besar. Sebab, bisa jadi, itulah tur klub Eropa pertama ke kawasan Nusantara. Setidaknya setelah Indonesia merdeka pada 1945. Yang tersisa kini di Berau, kabupaten yang merupakan gabungan wilayah dua bekas kerajaan, Teluk Bayur dan Gunung Tabur, itu hanyalah kisah lisan yang diwariskan turun temurun. Aji Rahmatsjah, seorang tokoh masyarakat di Teluk Bayur, mengaku, dia juga mendengar kedatangan rombongan Ajax itu. Ketika itu, pria kelahiran 1936 tersebut baru berusia sekitar 10 tahun. ”Waktu itu saya masih di Gunung Tabur. Tapi saya dengar sendiri kalau Ajax main di Teluk Bayur,” ujar Aji yang merupakan keturunan Kesultanan Gunung Tabur. Jadi, diperkirakan Ajax bermain pada 1946. Pada saat itu Teluk Bayur masih dikuasai oleh para pengusaha bata bara asal Belanda. Salah satunya NV Stenkollen Matschappy Parapattan yang berjaya di Teluk Bayur. ”Kemungkinan perusahaan itulah yang mendatangkan ke sini. Dengan kapal,” jelas pria yang telah membuat dua buku sejarah tentang Berau itu. Berau memang kaya batu bara. Kedatangan pertama Belanda ke kabupaten yang berbatasan dengan Kalimantan Utara itu juga dalam rangka eksplorasi bahan tambang tersebut. Aji memang punya beberapa foto lawas pemain bola asal kampung tersebut. Salah satunya Sebuah foto yang memperlihatkan pemuda membawa bendera bertuliskan POPI. Menurut Aji, POPI merupakan singkatan dari Persatuan Olahraga Pemuda Indonesia. ”Nah yang main dengan Ajax itu kemungkinan senior mereka ini,” jelasnya sambil menunjukan foto tersebut. Sedangkan satu foto lagi menunjukkan para pemain sepak bola yang berdiri di bawa mistar gawang. Sebagian besar dari mereka terlihat mengenakan celana pendek dan kaos dengan lambang bintang dan bulan sabit. Mereka juga mengenakan sepatu. Aji yang sudah memiliki 23 cucu itu mengaku sudah beberapa kali berupaya untuk mencari pada pemain Teluk Bayur yang melawan Ajax. Tapi, rupanya para pemain itu telah tiada. Dia juga mencari sumber-sumber lain tapi belum ketemu. ”Saya yakin di Belanda ada. Bagaimanapun ini sejarah yang harus diungkap,” tambahnya. (*/ttg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: