Zazat, Korban Rombongan Dispenda Dikenal Baik, Peduli Lingkungan Sekitar

Zazat, Korban Rombongan Dispenda Dikenal Baik, Peduli Lingkungan Sekitar

CIREBON - Kecelakaan maut bus masuk jurang di Lombok, NTB, yang menimpa rombongan Dispenda Provinsi Jawa Barat Wil I Sumber, meninggalkan duka mendalam bagi keluarga korban. Beradasarkan pantauan Radar di sekitar kediaman almarhum Wawan Hermawan di Perumahan Griya Sumber Indah (GSI) Tukmudal, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon dan Zazat Jatmika di Perumahan Dawuan Kecamatan Tengahtani, Kabupaten Cirebon, dikenal sosok yang baik di lingkungannya masing-masing. Ketua RT 01/04 Perumahan Griya Sumber Indah (GSI), Munadi mengatakan, almarhum Wawan Hermawan, merupakan sosok yang sangat perhatian dengan lingkungan sekitar. Maka tidak heran, jika warga GSI merasa kehilangan dan kaget, dengan musibah yang menimpa korban. “Saya kaget begitu mendapat informasi sekitar jam 10 tadi (kemarin, red). Sempat tidak percaya, karena sebelum Abah Wawan berangkat, saya sempat ngobrol lama di rumahnya. Bahkan Abah juga sempat bilang, beberapa hari ini badannya kurang enak, padahal keesokan harinya harus berangkat ke Lombok. Mendengar itu, saya sempat melarang untuk berangkat. Tapi Abah tetap berangkat. Ternyata menjemput ajal di Lombok,” katanya saat dimintai komentarnya. Masih dikatakan Munadi, almarhum meninggalkan 6 orang anak dan satu istri. Menurut Munadi, setelah keluarga mengetahui informasi kematian korban, seluruh keluarga langsung berangkat ke Bandung, karena almarhum akan dikebumikan di wilayah Bandung (daerah asalnya). “Semua keluarga almarhum sudah pada ke Bandung. Semoga almarhum mendapat tempat yang layak di sisi Allah,” katanya. Suasana duka pun tampak menyelimuti kediaman Zazat Jatmika di Perumahan Dawuan, Kecamatan Tengah Tani, Kabupaten Cirebon. Sejumlah kerabat dan tetangga, terus berdatangan di kediaman almarhum di Blok A nomor 4, untuk sekadar menyampaikan belasungkawa. Namun saat bersamaan, para kerabat korban sedang ada di Bandung, karena istri korban sedang menjalani pengobatan. Dede Junaedi, salah satu kerabat korban mengatakan, di mata keluarga sosok almarhum dikenal darmawan dan memiliki kepribadian yang ramah terhadap warga sekitar. “Kami tidak menyangka, ternyata pertemuan pada Kamis malam Jumat itu, merupakan pertemuan terakhir kali dengan almarhum,” katanya. Sebelum korban berangkat, lanjutnya, dia dan beberapa teman korban sempat berbincang di teras rumah depan. Almarhum juga sempat berpamitan serta menitipkan kunci untuk menjaga rumah. Tapi dia tidak menyangka jika pertemuan malam itu, pertemuan yang terakhir kalinya. “Saya sangat syok, karena sebelum berangkat almarhum berpamitan dan meminta saya untuk menjaga rumah. Tapi justru saya tidak bisa bertemu lagi dengan bapak yang selama ini saya anggap seperti saudara saya sendiri,” ungkapnya. Masih dikatakan Dede, selama 10 tahun hidup dengan almarhum Zazat, dia sangat merasa kehilangan dan syok. Latnaran dirinya selama bekerja di rumah almarhum, tidak merasa seperti sedang bekerja, namun justru seperti keluarga sendiri. Karena almarhum telah menganggapnya sebagai suadaranya. “Saya merasa sosok almarhum ini orangnya sangat baik, sampai-sampai saya bekerja bersamanya selama 10 tahun. Tidak merasa kekurangan apapun, bahkan saya dianggap sebagai saudaranya sendiri,” bebernya. Salah satu tetangga korban, Rudi pun mengaku sempat kaget dan terkejut mendengar rekannya meninggal dunia karena kecelakaan. Menurutnya, sosok almarhum adalah orang yang sangat loyal terhadap masyarakat sekitar. Bahkan selama berada di Cirebon, tidak pernah absen berkumpul dengan tetangga pada malam hari, untuk menjaga kondisi perumahan. “Terus terang saya sangat kehilangan. Karena sosok almarhum ini dikenal masyarakat sangat baik, dan tidak memandang status orang lain. Almarhum juga tidak segan untuk berkumpul bareng, hanya sekadar ngopi-ngopi sembari menjaga lingkungan perumahan,” pungkasnya. (arn)        

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: