USBN Tentukan Kelulusan,  Ada Potensi Kecurangan

USBN Tentukan Kelulusan,  Ada Potensi Kecurangan

  JAKARTA- Gelaran ujian akhir bertajuk ujian sekolah berstandar nasional (USBN) untuk jenjang SMA dan SMK resmi dimulai hari ini (20/3). Meski baru perdana dijalankan, ujian ini memiliki peran sentral. Yakni menjadi salah satu penentu kelulusan. Di dalam prosedur operasional standar (POS) USBN yang diterbitkan Kemendikbud dijelaskan, ada tiga kriteria yang menentukan kelulusan siswa. Yakni lulus ujian sekolah (US) dan USBN, memperoleh nilai sikap/perilaku minimal baik, dan telah menuntaskan seluruh program pembelajaran. Terkait formulasi pembobotan skor US dan USBN diserahkan ke masing-masing sekolah. Selain itu sekolah juga dapat menambahkan kriteria kelulusan lainnya. Misalnya jumlah absensi atau kehadiran serta rerata nilai rapor. \"Intinya kelulusan ditetapkan dari hasil rapat dewan guru di masing-masing sekolah,\" kata Kepala Pusat Penilaian Pendidikan Kemendikbud Nizam di Jakarta kemarin. Posisi USBN yang menjadi salah satu penentu kelulusan, menjadikannya rawan kecurangan. Apalagi 20 sampai 25 persen butir soal ujiannya adalah titipan Kemendikbud. Nizam berharap peserta USBN mengutamakan kejujuran. “Prestasi juga penting. Jujur yang utama,\" katanya. Masih menurut Nizam, meskipun ada embel-embel berstandar nasional, para siswa tidak perlu berlebihan menyambut USBN. Sebab USBN sejatinya sama dengan ujian sekolah seperti biasa. Terkait dengan penggandaan naskah USBN yang dilakukan oleh sekolah, juga sama dengan ujian sekolah selama ini. Guru besar UGM tersebut menjelaskan, pelaksanaan USBN dipasrahkan 100 persen ke sekolah atau pemda masing-masing. “Jika pelaksanaan USBN 100 persen oleh pusat, nanti dikatakan sebagai ujian nasional (UN, red),” jelasnya. Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia (IGI) Muhammad Ramli Rahim memprediksi penyelenggaraan USBN akan disambut antusias oleh siswa. Sebab menentukan kelulusan. Dia berharap pengawasan bisa maksimal, untuk mencegah kecurangan. \"Tidak boleh diremehkan,\" katanya. Selain itu Ramli berharap USBN bisa menumbuhkan kembali greget ujian akhir yang dua tahun terakhir hilang. Yakni setelah Kemendikbud menghapus fungsi UN sebagai penentu kelulusan. Dia menjelaskan, untuk sekolah-sekolah tertentu, gairah belajar siswa masih perlu didorong dengan unas maupun USBN. Karena tahun ini masih perdana penyelenggaraan USBN, Ramli memaklumi jika ada kekurangan di sana-sini. Namun ke depan harus ada perbaikan. (wan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: