Densus 88 Kejar Senjata Milik Teroris

Densus 88 Kejar Senjata Milik Teroris

JAKARTA - Densus 88 Anti Teror berupaya melakukan antisipasi dengan mengejar senjata yang disimpan kelompok teror pimpinan Suryadi Masud (SM). Belum diketahui siapa dan di mana penyimpanan senjata tersebut. Keinginan kelompok teror memindah basis dari Poso (Sulawesi Tengah) ke Halmahera, Maluku Utara, juga didalami. Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Divhumas Mabes Polri Kombespol Martinus Sitompul menuturkan bahwa diketahui bahwa ada pembelian senjata yang dilakukan SM dari kelompok teror di Filipina. Senjata itu dua di antaranya telah digunakan dalam aksi teror Thamrin. “Yang dibeli ada lima senjata jenis pistol,” terangnya. Tiga pistol lainnya dipastikan masih dikuasai jaringan teror Jamaah Ansharut Daulah (JAD) tersebut. Karena itu, Densus 88 Anti Teror mencoba untuk mendeteksi siapa yang menyimpan dan lokasi penyimpanan. “Ini agar tidak terjadi aksi teror kembali,” jelasnya. Bagaimana soal 17 senapan serbu M 16 dan M 14? Martinus mengaku tidak mengetahui adanya informasi senjata organik tersebut. “Yang pasti semua senjata milik kelompok teror dideteksi penggunanya,” ungkapnya. Saat ini dampak dari kelompok teror Abu Sayyaf makin berbahaya pada keamanan Indonesia. Menurutnya, pembelian senjata dari kelompok Abu Sayyaf itu merupakan salah satu dampaknya. “Belum lagi pelatihan militer yang dilakukan di sana dan ada beberapa orang Indonesia yang mengikutinya,” terangnya. Dia memastikan, belum diketahui kapan waktu pelatihan militer di Filipina. Hanya diketahui SM dan seorang terduga teroris lain mengikuti pelatihan militer. Karena itu dapat dipahami bahwa SM ingin membuat pelatihan militer di Halmahera karena telah mendapatkan pelatihan militer di Filipina. “Kami lihat bagaimana rencana pelatihan militer ini,” paparnya. Martinus menambahkan, Densus 88 Anti Teror telah menggeledah rumah terduga teroris berinisial BEP di Kedaung, Pamulang, Tangerang Selatan kemarin (24/3). “Penggeledahan itu dilakukan untuk mencari barang bukti,” jelasnya. Ada sejumlah barang bukti yang didapatkan Densus 88 Anti Teror, diantaranya panah dan tujuh anak panah, empat pisau belati, sebuah kwitansi hotel Istambul Turki dan sejumlah barang lainnya. ”Masih pendalaman ya,” ujar mantan Kabidhumas Polda Metro Jaya tersebut. Penyidik Densus 88 Anti Teror berupaya untuk mengetahui mengapa kelompok teror ini merencanakan pelatihan militer di Halmahera. Apakah karena aksesnya daerahnya atau bagaimana, semua sedang diteliti. “Belum bisa dipastikan, apakah kamp militernya sudah dibangun atau balum di Halmahera,” jelasnya. Informasi yang diterima Jawa Pos (Radar Cirebon Group) menyebutkan, pemilihan Halmahera tidak mungkin tanpa adanya dukungan orang lokal. Sehingga, dapat dipastikan adanya orang lokal yang kemungkinan terlibat dalam persiapan pembuatan kamp militer. Sementara Pengamat Terorisme Al Chaidar menjelaskan, dari catatan latar belakang Halmahera memang tidak terdapat konflik dan semacamnya. Namun, yang perlu diketahui saat terjadi Konflik di Ambon, banyak kelompok agama yang ikut dalam konflik tersebut. “Kemungkinan salah satunya berasal dari Halmahera,” paparnya. Apalagi, lokasi Halmahera sebenarnya cukup dekat dengan Filipina. Sehingga, mereka kemungkinan ingin mendekatkan dan berupaya untuk bisa mendapatkan pasokan senjata dan sebagainya dari kelompok teror di Filipina. “Kalau dibandingkan yang lain ya lebih dekat,” ujarnya. (idr)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: