Longsor Terjang Ponorogo, 28 Orang Tertimbun Hidup-hidup
PONOROGO - Tanah longsor menerjang Dusun Tangkil, Banaran, Pulung, Ponorogo. Tebing setinggi 800 meter dengan lebar 250 meter dan kemiringan 75 derajat itu longsor hingga 1,5 kilometer. Akibatnya, tiga wilayah rukun tetangga (RT) di bawahnya hancur. Dari peristiwa itu, korban jiwa diperkirakan mencapai 28 orang. Sedangkan rumah warga yang tertimbun mencapai 32 unit dari total sekitar 40 unit. \"Ini peristiwa tanah longsor terbesar yang pernah terjadi hingga saat ini,\" kata Plt. Kepala BPBD Ponorogo Sumani, kemarin (1/4). Menurut warga setempat, tidak ada tanda-tanda spesifik. Kejadiannya cukup singkat. Tidak sampai tiga menit. Sekitar pukul 06.00, warga beraktivitas seperti biasa. Tiba-tiba terdengar suara semacam dentuman disusul gemuruh. Warga yang mengetahui bukit tersebut longsor pun berteriak memberi tahu yang lainnya. \"Tapi karena cukup cepat banyak yang tidak sempat menyelamatkan diri,\" ungkapnya. Banyaknya korban jiwa yang tertimbun material longsoran lantaran sedang beraktivitas. Ada sekitar 11 warga yang sedang menanam jahe di bawah bukit itu. Tidak satu pun yang mampu menyelamatkan diri. Mereka tertimbun material tanah. Sementara itu, di bawahnya juga banyak rumah penduduk. Mereka yang sedang di dalam rumah pun ikut jadi korban. \"Material longsoran itu dari atas menghantam rumah penduduk di tiga RT,\" terangnya. Menurut Sumani, potensi longsor sebenarnya sudah diperkirakan sebelumnya. Sebab, sekitar satu bulan lalu, kondisi tanah di titik nol longsor sudah retak. Sejak beberapa hari terakhir, BPBD sudah mendirikan posko pengungsian. Selain itu juga sudah memberikan peringatan dan sosialisasi tentang kesiapsiagaan bencana kepada warga setempat. Warga diminta mengungsi ke posko jika malam hari. Namun, ternyata justru tanah longsor itu terjadi pagi hari. Saat warga kembali dari posko ke rumah masing-masing. \"Jadi waktu kejadiannya juga di luar prediksi kami,\" tuturnya. Sementara ini, belum ada upaya yang bisa dilakukan BPBD untuk mengevakuasi korban. Pasca-bencana, BPBD mengerahkan semua anggota dan relawan untuk membantu mengevakuasi keluarga korban. Selain itu juga mendirikan beberapa tiga posko pengungsian dan satu dapur. Untuk proses evakuasi korban sudah disiapkan enam alat berat. Hingga petang kemarin sudah ada empat alat berat yang tiba di lokasi. Pihaknya tidak mungkin melakukan evakuasi manual. Sebab, banyaknya relawan yang turun ke lapangan justru membahayakan keselamatan mereka. Apalagi, cuaca hingga kemarin masih turun hujan, dan berpotensi terjadi longsor susulan. Selain itu, material longsoran juga menutup tiga aliran sungai di wilayah tersebut. Dikhawatirkan jika nanti hujan terus turun, air semakin banyak dan menyebabkan banjir bandang. \"Kami tidak mau ambil risiko. Jangan sampai korban jiwa bertambah lagi,\" ujarnya. Tim BPBD Ponorogo selaku kepala pelaksana (kalak) akan dibantu beberapa instansi. Di antaranya Polres Ponorogo, Brimob Madiun, BPBD Provinsi, Basarnas, Kodim 0802 Ponorgo, Tagana dan relawan bencana dari berbagai organisasi. Sedangkan dari instansi pemerintah ada dari Dinas Kesehatan yang mengerahkan sebanyak 31 ambulans dan tenaga medis dari 31 puskesmas. Juga dari Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang dan lainnya. Kami berharap proses evakuasi besok (hari ini) bisa berjalan lancar,’’ harapnya. (tif/sat)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: