Pipa PDAM sampai Depot Air, Warga Mundu Kesulitan Air Bersih
CIREBON – Sejumlah desa di wilayah Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon masih belum menikmati fasilitas air bersih dari PDAM. Bahkan, untuk bisa menikmati air bersih, warga terpaksa harus membeli dari pedagang air keliling. Sutina (46), warga Desa Mundu Pesisir yang ditemui kemarin mengaku sangat terpaksa membeli air ke pedagang keliling untuk kebutuhan memasak. Hal tersebut karena tidak ada saluran pipa PDAM yang melewati wilayahnya. “Kalau untuk mandi dan lain-lain kita gunakan air kran. Kalau untuk masak dan kebutuhan lainnya ya pakai air dari pedagang keliling. Sudah langganan setiap hari,” ujarnya, kemarin (7/4). Untuk kebutuhan rumah tangga, Sutisna paling banyak menggunakan satu jeriken. Namun untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, dia pun menyediakan sebuah wadah besar di dapur sebagai tempat penampungan air. “Jadi kalau beli itu sekaligus, dua atau tiga jeriken. Nanti untuk beberapa hari. Mending beli karena kalau harus ngambil sendiri cukup jauh juga,” terangnya. Kondisi belum masuknya saluran pipa PDAM ke sejumlah wilayah di Kecamatan Mundu tersebut rupanya menjadi peluang usaha tersendiri untuk para penjual air. Bahkan satu tempat depot penjual air PDAM di Mundu Pesisir setiap harinya bisa menjual sampai 450 jeriken ukuran 30 liter. Radar Cirebon berkesempatan mengunjungi depot tersebut dan bertemu dengan dua penjual yang sudah lima tahun lebih menjajakan air untuk warga dari dua desa di Kecamatan Mundu. Yatno (36), pria asli Kuningan mengaku membeli air ke bosnya dengan harga sekitar Rp10.000-an untuk 16 jeriken air bersih PDAM. Air itu kemudian dia jual dengan cara diantar ke pembeli dengan harga jual per jerikennya sekitar Rp2000-an. Dikatakannya, di depot tersebut ada sekitar lima penjual air keliling yang satu gerobaknya berkapasitas 16 jeriken. Setiap harinya dia bisa lima sampai enam kali bolak-balik ke depot untuk mengambil air yang selanjutnya dia antar ke pembeli. “Jeriken sama gerobaknya kita modal sendiri. Keuntungan per hari bisa sampai Rp75 sampai Rp100 ribu. Kita ambil lebih dari setengahnya karena jarak rumah pembeli juga agak jauh,” tuturnya. Sementara itu, penjual lainnya, Gana (40), warga Desa Bandengan mengatakan, sejak pensiun sebagai nelayan, dia kemudian banting setir untuk menjual air. Dikatakannya, untuk warga dua desa di Mundu Pesisir dan Desa Bandengan, layanan PDAM masih belum merata sehingga banyak masyarakat yang membeli air ke penjual keliling. “PDAM pipanya cuma sampai sini (depot, red). Ke sananya belum ada. Depot ini saja sudah sepuluh tahunan,” ungkapnya. (dri)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: