Tren Persalinan, Setelah Water Birth, Kini Ada Gentle Birth

Tren Persalinan, Setelah Water Birth, Kini Ada Gentle Birth

PERSALINAN tak luput dari tren. Meleknya masyarakat atas informasi, membuat mereka memiliki banyak pilihan. Tentu, dengan sejumlah catatan. Tren persalinan di area privat atau rumah, kian kesohor setelah dilakoni penyanyi Andien Aisyah. Istilah gentle birth mungkin masih asing. Beberapa literature menyebutnya metode persalinan yang dilakukan dengan tenang dan santun serta mengikutsertakan semua unsur alami. Sehingga, ibu yang melahirkan tak akan mengalami kesakitan dan stres saat sebelum ataupun setelah melahirkan. Dalam akun Instagramnya, Andien membeberkan kronologi persalinan yang dilakukan di dalam lima belas galon air hangat. “Sungguh pengalaman kontraksi yang indah. Pelukan suami saya membuat saya merasa tenang dan dicintai. Kurang lebih 30 menit kemudian, suami saya menangkap sendiri buah hatinya keluar dari perut,” beber Andien. Melahirkan dengan metode gentle birth juga dilakukan Novita Hutabarat. Pengurus Blog The Urban Mama ini mengaku terinspirasi setelah melihat video proses melahirkan water birth di Youtube. Berbekal video ini, dia lantas mencari beragam literature. Akhirnya, Novita pun memutuskan melahirkan di rumah. “Untuk orang dulu, melahirkan di rumah itu bukan hal aneh. Sekarang kan lebih banyak ke rumah sakit,” tuturnya. Tak hanya melakukan water birth, usai persalinan Novita memutuskan untuk melakukan delayed cord clamping (penundaan pemotongan tali pusat). Tujuannya, memberikan waktu adaptasi lebih lama kepada bayi atas dunia barunya. Di tengah tren di masyarakat, dokter spesialis kandungan dr H Maman SpOG menolak mengomentari. Dalam praktik medis yang dijalani selama ini, ada dua jenis persalinan yang umum diterapkan pada ibu melahirkan yaitu persalinan normal dan persalinan sesar. “Persalinan sesar dilakukan karena ada beberapa faktor yang memang memungkinkan pasien menjalani persalinan sesar,” jelasnya. Menurutnya, ada beberapa poin syarat tindakan operasi sesar. Pertama, panggul sempit. Salah satu ciri-cirinya adalah tinggi badannya dibawah 150 cm. Kedua, bisa juga karena bayi besar. Bobot bayi yang besar bisa menjadi salah satu pemicu dilakukannya tindakan operasi sesar. \"Selain itu, misalnya karena kelainan letak atau melintang. Atau sungsang anak pertama, lebih baik sesar,\" katanya ditemui di RS Ciremai. Faktor lainnya bisa juga karena ketuban pecah lama atau ketuban kering. Atau, bisa juga karena plasenta menghalangi jalan lahir. Serta, kehamilan dengan komplikasi. \"Termasuk juga ketika induksi persalinan gagal. Jadi sudah dirangsang tetap tidak lahir, maka harus sesar,\" tuturnya. Ketika ada salah satu dari beberapa faktor tersebut terjadi pada ibu hamil, maka memungkinkan dilakukan tindakan sesar. Tetapi jika tidak ada indikasi untuk sesar, maka sebaiknya lahir dengan normal. \"Kita usahakan normal,\" imbuhnya. Sebelum menempuh persalinan sesar, biasanya Maman menerapkan beberapa hal. Bila sudah lewat dua pekan dari taksiran persalinan belum lahir padahal sudah cukup bulan, maka perlu dirangsang (induksi) dengan infus untuk merangsang \'mules\' supaya bayi lekas lahir. \"Induksi pun ada persyaratan tertentu seperti kepalanya harus sudah turun, mulut rahimnya lunak, mudah diregang, dan tidak ada kesempitan panggul. Induksi biasanya 1 botol, kalau 1 botol tidak ada kemajuan persalinan bisa sesar. Kalau ada kemajuan bisa untuk lahir normal,\" bebernya. Untuk saat ini, Maman menuturkan bahwa persalinan normal masih mendominasi. Berbeda dengan persalinan sesar, persalinan normal cenderung lebih simpel. Penyembuhan pasca persalinan normal pun lebih cepat dibanding sesar. (nda)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: