Khawatir Hujan, Petani Garam Was-was Garap Tambak

Khawatir Hujan, Petani Garam Was-was Garap Tambak

CIREBON - Sejumlah petani tambak garam di wilayah Kecamatan Pangenan memulai proses produksi setelah libur kurang lebih satu setengah tahun. Namun kondisi tersebut tidak serta merta membuat para petani garam sukacita. Pasalnya, saat ini meskipun sudah masuk musim kemarau, tapi hujan masih sesekali turun tanpa bisa diprediksi. Aparat Desa Rawaurip, Sabri mengatakan, saat ini di wilayahnya sudah sekitar 70 persen para petani penggarap mulai beraktivitas seperti biasanya. “Sudah mulai digarap lahannya sekitar seminggu yang lalu,” ujarnya, Kamis (11/5). Belum serentaknya para petani yang menggarap tambak garam karena beberapa petani masih menunggu cuaca benar-benar sudah tidak ada hujan lagi. “Yang 70 persen itu sekarang lagi fokus ke perbaikan sarana tambak, karena banyak tanggul tambak yang rusak dan ditumbuhi rumput akibat lama tidak digunakan. Cuma sekarang yang mulai garap juga ketar-ketir karena cuaca sering mendung dan kerap turun hujan,” imbuhnya. Jika terkena hujan, otomatis garam yang sudah diproses tersebut harus melewati proses awal lagi, karena garam akan kembali menjadi cair ketika dihajar air. “Air itu musuh utamanya. Kalau garam kena air hujan, proses diulang lagi. Itu yang bikin petani khawatir, sampai tahun kemarin tidak ada produksi karena cuacanya yang tidak menentu,” ungkapnya. Sementara itu, Kadar (56) salah seorang petani garam warga Desa Rawaurip menyebutkan, selain di Rawaurip, wilayah lainnya yang sudah melakukan proses produksi garam adalah Desa Bendungan. Bahkan di Bendungan, sudah melakukan panen hingga dua kali. “Yang kita khawatirkan itu proses produksi garam kan lama, kurang lebih 25 hari sampai 30 hari hingga siap panen. Nah, sampai menunggu panen ini kita khawatir hujan bakal turun, kan percuma juga,” ungkapnya. Padahal menurutnya, dalam setahun kemarin saja, dia yang menyewa lahan seluas sekitar satu hektare tersbeut harus membayar uang sewa lahan sebesar Rp4 juta kepada pemilik lahan tambak tersebut. “Mudah-mudahan sekarang bisa produksi. Kita sudah setahun setengah tidak produksi, utang sudah banyak. Kalau khawatir ya tetap ada,” paparnya. (dri)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: