Pemkot Pasif Dorong Kegiatan Donor Darah

Pemkot Pasif Dorong Kegiatan Donor Darah

CIREBON - Palang Merah Indonesia (PMI) hanya memiliki stok untuk 200 orang. Tiga hari ke depan, jika tidak ada penambahan, labu darah akan habis. Karena itu, PMI mengharapkan peran aktif pemerintah kota (pemkot) Cirebon dalam menggalakkan program donor darah minimal tiga bulan sekali. Ini disampaikan Kepala Bagian Pelayanan PMI Kota Cirebon, dr Adhi Susanto Gunawan, di sela program donor darah di DPD Golkar Kota Cirebon, Jumat (19/10). Dr Adhi menyatakan, kendala perolehan donor darah saat ini karena kurangnya kesadaran masyarakat akan makna penting dan berartinya darah bagi yang membutuhkan. Ibaratnya, satu tetes darah dapat menyelamatkan satu nyawa. Selain itu, pemkot tidak pula melakukan langkah pro aktif mendorong masyarakat untuk melakukan donor darah tiga bulan sekali. “Pemkot harus ikut mendorong. Wali Kota harus pro aktif,” ucapnya. Berkaca pada PMI Kabupaten Cirebon, peran aktif Ketua PMI Kabupaten Cirebon yang dijabat istri Bupati Cirebon Dedi Supardi, membuat penggalangan donor darah bisa dilakukan secara massif. Salah satunya, dengan menekankan dan mewajibkan PKK atau PNS untuk melakukan donor darah setiap tiga bulan sekali. “Misalnya seperti itu. Terbukti, peran aktif ketua PMI yang juga isteri Bupati, memberi gairah dalam donor darah di sana (Kabupaten Cirebon),” terangnya. Stok darah di PMI Kabupaten Cirebon lebih banyak dibandingkan PMI Kota Cirebon. Saat ini, lanjut Adhi, stok darah yang ada di PMI sudah cukup. Sepanjang bulan puasa, menjadi masa krisis bagi donor darah. Karena itu, pada saat bulan puasa, stok darah di PMI Kota Cirebon sangat minim. “Masa krisis sudah terlewati. Waktu puasa, pendonor tidak bisa memberikan darah karena puasa,” urainya. Stok Jumat (19/10), masih cukup untuk kebutuhan tiga hari ke depan, dengan asumsi 80 labu/hari. “Kita masih punya sekitar 200 labu. Per hari habis di angka rata-rata 80 labu,” jelasnya. Dari beberapa jenis darah yang ada, darah dengan golongan O paling mendominasi. Sementara, darah dengan golongan AB paling sedikit. Bahkan, untuk AB negatif, PMI Kota Cirebon hanya memiliki dua orang pendonor. “50 persen labu darah yang tersimpan bergolongan O,” ujarnya. Meskipun golongan AB paling susah didapatkan, namun, kata Adhi, golongan darah AB paling sedikit dicari. Sebab, golongan darah A, misalnya, hanya bisa digunakan untuk orang yang memiliki golongan darah A saja. “Jadi, ujungnya labu darah itu habisnya sama. Antara yang golongan O dengan AB,” tukas pria berkacamata itu. Adhi menerangkan, hanya RS yang bisa meminta labu darah yang ada di PMI. Selain itu, sekalipun klinik bersalin, tetap tidak diperbolehkan. Pada beberapa RS di Kota Cirebon. Hanya RS Gunung Jati yang memiliki bank darah. Pasien yang membutuhkan darah, tinggal mencocokan dengan darah yang ada di bank darah tersebut. “Stok labu di bank darah dari PMI,” tegasnya. Selain kendala kesadaran masyarakat dan kurangnya peran aktif Pemkot, ketidaksinambungan dari para pendonor yang sudah terdata, menjadi angka perkiraan selalu meleset. Karena itu, PMI telah mengadakan program donor darah di setiap RW tiga bulan sekali. Meski memerlukan pendonor, bukan berarti PMI menerima semua darah dan pendonor. Menurut Adhi, usia maksimal pendonor 60 tahun, bebas dari penyakit menular dan berbahaya, minimal berat badan 45 kg. “Harus pendonor yang berisiko rendah. Orang yang ada di LP (penjara), tidak boleh menjadi pendonor. Karena, ada kemungkinan narkoba dan HIV. Itu dihindari,” jelasnya. Sementara, pelajar memiliki risiko lebih rendah. Karena itu, PMI sering melakukan program donor darah disekolah-sekolah. Sampel darah dalam labu yang didapatkan, tidak langsung digunakan. “Kami cek dulu di laboratorium kami. Kalau ternyata darah itu bermasalah, kami tidak pakai,” tandasnya. (ysf)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: