6 Negara Isolasi Qatar, Penduduk Panik Borong Bahan Pangan

6 Negara Isolasi Qatar, Penduduk Panik Borong Bahan Pangan

QATAR-Beberapa hari kedepan penduduk Qatar, Bahrain, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) harus memutar otak. Bayangkan, mereka hanya punya waktu 14 hari untuk kembali ke negara masing-masing. Bahrain, Arab Saudi dan UEA mengusir seluruh penduduk Qatar, di lain pihak mereka juga meminta warganya yang di Qatar untuk pulang. Padahal penerbangan dari dan ke Qatar dihentikan mulai hari ini. Jalur laut dan darat juga ditutup. Penyebab kericuhan itu adalah pemutusan hubungan diplomatik yang dilakukan oleh 6 negara. Dimulai dari Bahrain dan disusul oleh Arab Saudi, Mesir, UEA, Yaman dan pemerintah Libya wilayah Timur. Bahrain, Saudi, UEA, Oman, Kuwait dan Qatar adalah negara-negara anggota Dewan Kejasama negara Teluk (GCC). Penduduk negara-negara tersebut bebas bepergian dan tinggal di negara anggota GCE. Ini seperti kesepakatan bebas visa di Uni Eropa (UE). Karena itu penduduk dari negara-negara anggota GCC sebenarnya sudah membaur. Seluruh diplomat Qatar juga ikut diusir, waktu yang diberikan untuk hengkang malah lebih pendek yaitu 48 jam. Di lain pihak, diplomat negara-negara itu di Qatar juga ditarik. Pada 2014 lalu, Saudi, Bahrain dan UEA pernah menarik duta besar mereka dari Qatar selama beberapa bulan sebagai bentuk protes. Saat itu Qatar dituding terlalu mengintervensi masalah negara-negara tersebut. Qatar tak tinggal diam. Mereka langsung mengeluarkan pemberitahuan pada warganya untuk pulang. Pengumuman itu sudah dikeluarkan di kedutaan besar Qatar di UEA. “Yang tidak bisa terbang langsung ke Doha bisa pergi dulu ke Kuwait atau Oman,” bunyi pemberitahuan di website kedutaan. Hanya Oman dan Kuwait anggota GCC yang masih menjalin hubungan dengan Qatar. Maskapai Qatar Airways juga langsung menghentikan penerbangan ke seluruh negara Saudi mulai kemarin siang. Maskapai yang berbasis di Doha tersebut melayani penerbangan ke 9 kota di Saudi. Penghentian penerbangan secara mendadak itu menyebabkan banyak penumpang terlantar di bandara. Efek isolasi terhadap Qatar itu juga merambat ke berbagai urusan lainnya. Beberapa bank di Mesir menunda kesepakatan dengan bank-bank yang ada di Qatar. Berdasarkan wawancara dengan beberapa petinggi bank yang dilakukan oleh kantor berita Reuters, mereka menyatakan bahwa instruksi itu berasal dari internal perusahaan bukan dari pemerintah secara langsung. Perusahaan-perusahaan itu mungkin ikut panik sebab Mesir juga mengumumkan menutup bandara dan pelabuhannya untuk seluruh transportasi dari Qatar. Taipan Mesir Naguib Sawiris bahkan ikut menghembuskan sentimen anti Qatar. Dia menyerukan pada para pebisnis Mesir untuk menarik investasi di Qatar. Meski pemerintah Mesir sendiri belum mengumumkan jika mereka memutus hubungan perdagangan. Penduduk Mesir di Qatar juga ikut panik meski pemerintah negara tersebut tidak mendepak mereka. Populasi penduduk di Qatar hanya 2,5 juta orang dan 1,6 juta di antaranya adalah pekerja asing. Dari jumlah itu, 350 ribu di antaranya adalah orang Mesir. “Orang Mesir ketakutan. Mereka memiliki pekerjaan dan kehidupan yang stabil di sini bersama keluarganya masing-masing,\'\' ujar Kepala Komunitas orang Mesir di Qatar Mohammed al-Iraqi. Penduduk Qatar yang panik ramai-ramai membeli bahan makanan dalam jumlah besar. Berdasarkan foto-foto yang didapat oleh Reuters, tampak toko-toko bahan makanan di Doha banyak yang kosong. Selama ini sekitar 40 persen bahan pangan di Qatar diimpor dari Saudi. Sedangkan saat ini Saudi menutup semua perbatasannya di darat. Seluruh pengiriman barang ke Qatar terhenti. Saudi dan UEA sudah menghentikan pengiriman gula putih ke Qatar. Negara tersebut tiap tahun mengimpor 100 ribu ton gula. Kebutuhan gula saat bulan Ramadan biasanya naik. Hiruk pikuk blokade terhadap Qatar itu bermula dari unggahan kantor berita Qatar yang memuat komentar dari  Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani sekitar 2 pekan lalu. Emir Qatar itu mengkritik kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump terhadap Iran. Dia juga menyanjung negara syiah tersebut sebagai kekuatan Islam. Saudi, Bahrain, Mesir dan UEA langsung memblokade media-media Qatar, termasuk Al Jazeera. Pemerintah Qatar mengklaim jika kantor berita mereka telah diretas dan meminta semua pihak untuk tenang. Pengakuan Qatar itu tentu tidak ditelan mentah-mentah, negara-negara tetangganya tidak ada yang percaya. Ketegangan di negara-negara Teluk dan sekitarnya itu akhirnya pecah kemarin. Bahrain, Arab Saudi, Mesir, UEA, Yaman dan pemerintah Libya wilayah Timur menuding Qatar mendukung terorisme. “Qatar merangkul beberapa kelompok teroris dan sektarian dengan tujuan mengganggu stabilitas regional, termasuk diantaranya Ikhwanul Muslimin, ISIS dan Al Qaeda. Mereka juga mendukung dan menyampaikan pesan kelompok-kelompok itu melalui medianya secara terus menerus,\'\' tulis kantor berita Saudi yaitu SPA. Basis Ikhwanul Muslimin berada di Mesir. Qatar sekali lagi menampik semua tudingan tersebut. Kementerian Luar Negeri Qatar menyebut jika tudingan itu tidak masuk akal dan tidak berdasar. Sedangkan Iran menuding jika keputusan 6 negara tadi dikarenakan kunjungan Trump ke Saudi akhir Mei lalu. “Apa yang terjadi sekarang adalah hasil awal dari tarian pedang,” ujar Hamid Aboutalebi, Wakil Kepala Staf Presiden Iran Hassan Rouhani. Yang dia maksud adalah tarian pedang yang dilakukan Trump saat berkunjung ke Saudi. Saat itu Trump mendesak negara-negara muslim untuk mengambil peranann dalam memerangi radikalisme. Dia juga menuding Iran sebagai biang ketidakstabilan di Timur Tengah. Iran berharap agar masalah ini bisa diselesaikan lewat dialog. Pakar masalah Teluk dari Baker Institute Kristian Ulrichsen mengungkapkan jika karut marut penerbangan bakal mempengaruhi pengiriman barang. Bukan hanya untuk penduduk, tapi juga kepentingan piala dunia. Iran bakal menjadi tuan rumah piala dunia pada 2022 nanti. Ulrichsen juga menganggap jika Saudi dan UEA satu suara dengan AS terkait masalah regional mereka, yaitu Iran dan Islamisme.  “Mereka memutuskan untuk mengambil langkah alternatif terhadap Qatar dengan asumsi bisa mendapatkan dukungan pemerintahan Trump,\'\' ujarnya. Sementara itu Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson menawarkan bantuan untuk menjembatani semua pihak. “Kami tentu saja akan menyarankan semua pihak untuk duduk bersama dan menyelesaikan perbedaan yang ada,” tegasnya dalam kunjungan ke Australia. Dia menambahkan jika GCC harus tetap bersatu. (Reuters/AFP/BBC/CNN/sha)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: