Masjid Merah Panjunan, Legenda yang Tetap Terjaga

Masjid Merah Panjunan, Legenda yang Tetap Terjaga

BULAN Ramadan, sangat kental dengan ibadah. Selain rutinitas ibadah Ramadan seperti tadarus, tarawih, dan saling berbagi, mengunjungi tempat bersejarah juga lebih meningkatkan spiritualitas. Salah satu kunjungan spiritualitas ini adalah datang ke salah satu masjid di Kota Cirebon. Cirebon bisa disebut sebagai tempat kaya akan masjid kuno. Salah satu yang melegenda adalah Masjid Merah Panjunan. Arsitekturnya menjadi salah satu yang orisinil selain Masjid Agung Sang Cipta Rasa Kasepuhan. Masjid Merah Panjunan sendiri dibangun sekitar tahun 1480 Masehi. Terletak di wilayah Kelurahan Panjuanan, sebuah kawasan yang sejak dulu menjadi kawasan keturunan Arab. Masjid itu kini menjadi tujuan destinasi wisata religi, terutama ziarah. Meski letaknya kini berada di tengah-tengah permukiman, namun masjid ini sangat tenang dari kebisingan. Warga Cirebon menyebut Masjid Merah Panjunan karena bangunannya terbuat dari susunan batu bata merah. Nasirudin, salah seorang pengurus Masjid Merah mengatakan, ukuran masjid lebih kecil dari Masjid Agung Sang Cipta Rasa. Seperti halnya masjid kuno lain, tinggi bangunannya rendah, ditopang saka tatal sebagai tiang pemancang yang terbuat dari kayu jati. Dulu, setelah dibangun oleh Sunan Gunung Jati, Masjid Merah dititipkan ke Pangeran Panjunan. Aristektur Masjid Merah Panjuan punya filosofi tersendiri. Nasiruddin mengatakan, filosofi itu pun mewakili perbedaan karakter Wali Songo. Mereka tetap bersatu, berkumpul, dan berdiskusi tentang ajaran Islam. Di samping itu, bangunan Masjid Merah masih terjaga orisinalitasnya. Waktu Salat dengan Istiwaq Di Cirebon sendiri, dalam sebuah naskah kuno, tercatat, salah satu tempat ibadah agama Islam pertama yang dibangun adalah Tajug Pejlagrahan. Itulah tempat yang dibangun oleh Pangeran Walangsungsang, atau Mbah Kuwu. Nama-nama masjid kuno juga dulu digunakan sebagai sarana dakwah. Mulai dari pemberian nama masjid. Umumnya masjid kuno tak seperti penamaan masjid saat ini. Masjid zaman dulu lebih memilih nama dengan unsur kelokalan. Seperti halnya masjid Merah Panjunan. Tradisi di Masjid Merah juga unik. Yakni dalam penentuan waktu salat. Penentuan waktu salat dengan cara istiwaq, yaitu dengan melihat bayangan matahari. Tradisi keagamaan di Masjid Merah masih sangat kental. Seperti tadarus Alquran yang dilakukan setiap hari jelang Salat Maghrib. Aminudin, salah seorang pengunjung mengatakan dirinya selalu menyempatkan salat di masjid merah. Itu karena masjid merah memiliki arsitektur yang unik. Terlebih, suasananya juga tenang dan sejuk. Pengunjung masjid merah ini tak hanya dari masyarakat Cirebon saja. Wisatawan mancanegara pun banyak berkunjung ke masjid ini. (jml)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: