Armada Cheng Ho Sampai ke Kutub Utara dan Selatan
SEMUA peneliti sepakat bahwa ekspedisi keenam Cheng Ho adalah pelayaran yang paling besar skalanya. Jika pada pelayaran pertama hingga kelima rata-rata menggunakan 200-300 kapal, yang keenam ini mencapai 800 kapal yang dibagi menjadi empat armada. Ini tentu terkait dengan peristiwa grand opening Kota Terlarang pada 2 Februari 1421. Ketika itu Kaisar Zhu Di mengumpulkan duta besar dari seluruh wilayah Asia, Arab, Afrika, dan Samudra Hindia. Semua berkumpul di tengah-tengah kemegahan Beijing untuk memberikan penghormatan kepada Zhu Di. Sebagai balasannya, Zhu Di menjamu sekitar 27 ribu utusan dari negara-negara sahabat itu selama sebulan penuh. Setelah selesai, dia memerintah angkatan lautnya yang superpower untuk mengantarkan mereka pulang (kedatangan mereka dijemput pada ekspedisi kelima). Ekspedisi keenam inilah yang kemudian menjadi bahan perdebatan di dunia ilmiah. Semua sarjana sepakat bahwa Cheng Ho memang seorang pelaut besar. Dia membuat banyak peta baru pelayaran. Armada lautnya yang sangat besar baru bisa ditandingi setelah abad ke-20. Namun, semua sepakat bahwa pelayaran terjauh Cheng Ho hanya sampai Afrika Timur. Tapi, semua berubah pada 2003. Ketika itu pensiunan komandan kapal perang AL Kerajaan Inggris bernama Gavin Menzies melakukan penelitian selama sebelas tahun. Hasilnya dipaparkan dalam sebuah buku berjudul 1421: When China Discover The World. Buku tersebut langsung best seller dan menjadi kontroversi. Sebab, isinya cukup mencengangkan: Cheng Ho telah berlayar mengelilingi dunia sampai ke kutub utara dan selatan. Juga sudah mendarat di Benua Amerika jauh sebelum Columbus dan para pelaut Eropa melakukannya. Menzies tak sekadar berteori. Namun, bukunya penuh dengan dokumen dan fakta. Mulai peta kuno yang dimiliki Portugis hingga penggunaan bahasa. Misalnya, dia menyebut bahwa Peru dan Cile berasal dari bahasa Mandarin. Selain itu, ada banyak kampung di Peru yang menggunakan nama Tiongkok. Kritik pedas muncul terhadap teorinya. Terutama dari para akademisi di Singapura, Selandia Baru, dan Eropa. Mereka menganggap teori tersebut khayalan Menzies belaka dan menyamakannya seperti teori “Elvis Presley adalah seorang alien”. Kami coba mengontak Gavin Menzies melalui e-mail untuk wawancara. Tapi, karena usianya sudah 80 tahun, yang menjawab adalah tangan kanannya, Ian Hudson. “Penelitian kami memang kontroversial. Tapi semakin terbukti dari waktu ke waktu,” tegasnya. Dia mengakui bahwa pihaknya sempat menjadi bahan bullying secara akademis. “Para peneliti (yang menentang, red) itu terlalu Eropasentris. Mereka hanya tak bisa menerima ada bangsa yang bisa melakukan pelayaran trans-Atlantik sebelum orang Eropa,” katanya. “Selain itu, penelitian kami semakin terbukti seiring dengan majunya teknologi,” imbuhnya. Yang dimaksud Ian adalah penelitian yang membuktikan adanya DNA orang Tiongkok di banyak suku Indian di Amerika. Menurut Ian, Menzies telah melakukan penelitian yang sangat hati-hati selama sebelas tahun. Sehingga tidak mungkin menampilkan teori baru yang tak punya dasar yang sangat kuat. “Lihat saja, kami pasti akan semakin terbukti benar,” tandasnya. (*/c9/nw)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: