Dukungan Ketua MPR untuk Dahlan, Ajak Hentikan Saling Hujat dan Pecah Belah
SURABAYA – Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Zulkifli Hasan menyimpan rasa kangen mendalam terhadap Dahlan Iskan. Ketua umum Partai Amanat Nasional (PAN) itu datang ke Surabaya khusus untuk menyambangi Dahlan. Mereka bereuni hingga lebih dari tiga jam. Zulkifli mendarat di Bandara Juanda Surabaya sekitar pukul 11.05. Penerima penghargaan Bintang Jasa Mahaputra Adipradana pada 2014 tersebut langsung meluncur ke rumah Dahlan. Kedatangan Zulkifli membuat Dahlan terkejut. Mantan Dirut PLN itu tidak menyangka sahabat lamanya bertandang ke rumahnya. Mereka ngobrol cukup lama. Zulkifli datang bersama Ketua Dewan Pimpinan Wilayah PAN Jatim Masfuk. “Saya sama Pak Dahlan ini sahabat lama. Teman seperjuangan. Kami sama-sama alumni aliyah, sama-sama pernah jadi menteri,” ucap Zulkifli. Pertemuan dua sahabat itu cukup akrab dan santai. Mereka sampai berpindah tempat ngobrol. Awalnya, mereka berdiskusi di teras belakang. Setelah salat, diskusi berlanjut di musala sambil lesehan. Banyak hal yang dibicarakan selama mereka bertemu. Dari kenangan lama, semasa menjadi pejabat negara, hingga pembahasan tentang persoalan bangsa saat ini. Salah satunya adalah kenangan ketika mereka saling mendukung terobosan yang dibikin Dahlan dan Zulkifli saat itu. Gelak tawa mengiringi pertemuan tersebut. Dahlan dan Zulkifli juga melaksanakan salat Duhur dan Asar berjamaah. “Saya datang ke Surabaya tujuan utamanya bertemu Pak Dahlan,” kata penerima gelar doktor kehormatan bidang administrasi publik dari Sejong University, Korea Selatan, itu. Zulkifli prihatin dengan masalah hukum yang dihadapi Dahlan. Karena itulah, sebagai teman lama dia sengaja mengunjungi Dahlan untuk menyampaikan dukungan moril. “Sebenarnya sudah lama saya ingin datang. Baru ini kesampaian,” ujarnya. Setelah salat Asar, Zulkifli pamit. Sebelum meninggalkan rumah Dahlan, Zulkifli menyempatkan diri melihat mobil listrik Tesla buatan Amerika. Mobil itu dibeli Dahlan bukan karena ingin memiliki. Tapi sekadar menunjukkan bahwa mobil listrik tersebut benar-benar ada dan sudah diproduksi secara masal. Sebelumnya, pernah ada aparat penegak hukum yang menyebut bahwa mobil listrik itu tidak pernah ada. Sebelum kembali ke Jakarta, Zulkifli menjadi pembicara dalam diskusi di Universitas Negeri Surabaya. Di hadapan rektor, dosen, dan mahasiswa, pria kelahiran 17 Mei 1962 itu menyampaikan pentingnya memaknai Pancasila tidak sebatas slogan. Dia tidak sepakat bahwa Pancasila digunakan sebagai stigma. “Pancasila atau tidak Pancasila, apalagi cuma direduksi menjadi urusan pilkada,” jelasnya. Menurut dia, Pancasila seharusnya dipahami secara substansial. Baik dalam perilaku manusia Indonesia, penyelenggara negara, pelaksanaan undang-undang, maupun kebijakan-kebijakan. Yang diperlukan sekarang, lanjut Zulkifli, bagaimana Pancasila menjadi pemersatu. Bukan sebatas slogan, melainkan juga praktik. “Dengan Pancasila, mari kita hentikan saling pecah belah, saling sengketa, apalagi menghujat,” ucapnya. (eko/c19/an)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: