Full Day School, 123 Ribu TPQ dan 73 Ribu Diniyah Terancam

Full Day School, 123 Ribu TPQ dan 73 Ribu Diniyah Terancam

JAKARTA – Kekhawatirkan nasib taman pendidikan Alquran (TPQ) dan lembaga diniyah atas implementasi sekolah delapan jam (full day school) secara nasional tak bisa dianggap remeh. Pasalnya kebijakan Mendikbud Muhadjir Effendy itu bisa berdampak pada 123.271 unit TPQ dan 73.834 unit lembaga diniyah di seluruh Indonesia. Kepala Bidang Kurikulum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (FKDT) Suwendi mengatakan, dia sendiri mengelola sebuah lembaga diniyah. Yakni lembaga diniyah takmiliyah Nahdlah Bahriyah, Cantigi, Indramayu, Jawa Barat. “Jumlah peserta didiknya sekitar 100 anak. Hampir seluruhnya adalah anak sekolah di SD dan SMP,” tuturnya. Suwendi menuturkan sesuai namanya, takmiliyah itu artinya adalah suplemen. Sehingga lembaga diniyah takmiliyah itu adalah lembaga pendidikan keagamaan suplemen. Target utama yang mereka sasar adalah anak-anak yang bersekolah di sekolah umum. Menurut dia keberadaan lembaga diniyah cukup penting. Khususnya untuk mengajarkan muatan-muatan agama. Sebab di sekolah umum materi pelajarannya sangat sedikit. Hanya dua sampai tiga tatap mukasepekan.  “Kalau mengandalkan itu, anak tidak bisa baca Alquran,” tutur dia. Mendikbud Muhadjir Effendy menuturkan, sudah berkali-kali menyampaikan penambahan jam belajar itu tidak akan mematikan lembaga diniyah. Dia menyebutkan jam belajar di diniyah bisa disetarakan (diequivalenkan) dengan jam belajar di sekolah. “Malah dengan demikian honor ustad diniyah bisa diambilkan dari dana BOS,” tuturnya. Saat berada di Istana Kepresidenan, Muhadjir menjelaskan bahwa Permendikbud soal sekolah lima hari itu sudah dia tandatangani. “Tanggal 9 Juni kemarin (saya tandatangani, red). Tetapi saya tidak tahu nomor Permendikbud berapa,” katanya. Dia menegaskan bahwa aturan ini berlaku mulai Juli mendatang. Sementara itu, Menag Lukman Hakim Saifuddin memilih menunggu tindak lanjut dari Mendikbud dalam kebijakan full day school. “Kita beri kesempatan dulu kepada jajaran Kemendikbud untuk menjelaskan lebih komprehensif, apa esensi kebijakan itu,” ujarnya di kompleks Istana Kepresidenan. Sekjen Kemenag Nur Syam mengingatkan pendidikan agama di sekolah selama ini masih kurang. Karena hanya sekitar dua jam pelajaran dalam sepekan. Nah, kemenag menggalakan program madrasah diniyah untuk mengatasi kekurangan pendidikan agama tersebut. “Pendidikan kita satu sistem tapi ada banyak atap yang berbeda-beda. Di kemendikbud, Kemenag, dan di 18 atau 17 instansi kementerian dan lembaga. Kita sedang terus lakukan perbincangan untuk ambil solusi yang positif,” imbuh mantan rektor UIN Sunan Ampel Surabaya itu. (wan/byu/jun)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: