Armada Cheng Ho Punya Meriam saat Eropa Masih Andalkan Panah
Diorama di Taman Nasional Cheng Ho Suzhou menggambarkan betapa besar dan canggihnya armada Cheng Ho ketika itu. Saat armada terkuat Eropa masih mengandalkan pemanah, pasukan dari Tiongkok tersebut sudah memiliki meriam dan bubuk mesiu. ==================== SEBUAH replika kapal serdadu Cheng Ho berdiri kukuh di Taman Nasional Cheng Ho Suzhou. Replika kapal kayu itu dibuat sesuai ukuran asli. Panjangnya 70 meter. Itu adalah kapal terkecil dalam armada sang laksamana yang berkelana dengan mengarungi samudra dan mendatangi puluhan negara. “Itu sangat besar bagi ukuran Eropa dan dunia saat itu,” kata Ian Hudson, sejarawan Inggris. Kemudian, ada kapal harta (galleon) yang dibawa Cheng Ho. Kemudinya saja jika diberdirikan mencapai ketinggian 36 kaki atau 11 meter. Panjang kemudi itu hampir sama dengan kapal Nina, salah satu kapal yang dibawa armada Columbus. Penjelajah asal Italia tersebut menyeberangi Samudra Atlantik hampir seabad setelah ekspedisi Cheng Ho. Tiap kapal galleon Cheng Ho mampu membawa lebih dari 2 ribu ton kargo. Dari Suzhou, kapal itu bisa mencapai Malaka dalam waktu lima pekan. Lalu tiba di Selat Hormuz di Teluk Persia dalam 12 pekan. “Jadi, dalam banyak hal di bidang maritim, Eropa tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Tiongkok,” ujar Hudson. Bukan itu saja. Dari segi persenjataan, kapal Cheng Ho juga sudah sangat canggih. Saat itu armada Cheng Ho sudah membawa bubuk mesiu, meriam kuningan dan besi, mortir dan panah berapi, serta kantong yang dapat melemparkan kotoran ke perahu musuh (senjata biologi). Sementara itu, armada laut terkuat Eropa saat itu, Venesia, hanya dijaga pemanah. “Sangat tidak imbang,” ucap dia. Dengan ukuran kapal yang sangat besar dan jumlah personel yang begitu banyak, kesibukan di Pelabuhan Taicang, Suzhou, pun luar biasa setiap kali Cheng Ho akan memulai atau mengakhiri ekspedisi. ”Loading barang kebutuhan untuk armada sebanyak 300 kapal dan hampir 30 ribu orang tentu tidak bisa dilakukan dalam sehari semalam,” ujar Hudson. Dia menggambarkan, untuk beberapa hari pelabuhan dipenuhi gerobak sayuran dan ikan kering. Ratusan ton air diisikan untuk logistik. Proses loading dilakukan mulai pagi hingga petang. Sebab, armada itu dirancang untuk bisa bertahan di laut lebih dari tiga bulan dan mengarungi lebih dari 4.500 mil tanpa berlabuh untuk mengisi makanan dan air lagi. Karena itu, ada juga kapal yang khusus dibawa hanya untuk memuat air dan logistik. Armada Cheng Ho juga membawa kapal khusus untuk memuat tumbuhan dan binatang asli Tiongkok guna dijadikan hadiah bagi kerajaan yang dikunjungi. Sebaliknya, kapal itu juga akan membawa tumbuhan dan hewan dari kerajaan yang disinggahi untuk dibawa ke Tiongkok atau belahan dunia lainnya. “Kami menemukan jejak ayam Tiongkok di sejumlah kawasan di Amerika,” kata Hudson. Juga tanaman jagung. “Jagung adalah tanaman asli Amerika, tapi ditemukan jejaknya sebelum pelayaran bangsa Eropa di sejumlah negara Asia. Siapa yang membawanya? Yang punya sumber daya untuk itu hanya Cheng Ho,” terangnya. Banyak juga catatan yang menyebutkan, saat pembukaan Kota Terlarang di Beijing, ada kebun binatang milik Kaisar Zhu Di yang berisi kanguru dan jerapah. “Sebab, hal tersebut (pertukaran hewan dan tanaman, red) tak terelakkan dalam ekspedisi sebesar itu,” kata Presiden Komunitas Cheng Ho Internasional Tan Ta Sen. Pertukaran teknologi juga terjadi dalam ekspedisi tersebut. Dia mencontohkan, di Malaka ada teknologi penangkapan ikan dari Tiongkok. Selain itu, ayam Asia di Amerika Selatan ditemukan oleh orang Spanyol dan Portugis jauh setelah pelayaran Cheng Ho. “Sebelum ada ayam Asia, masyarakat Amerika Selatan tidak pernah makan ayam. Sebab, ayam Amerika Selatan digunakan untuk pemujaan dan ritual,” tutur Hudson. Ada juga persebaran beberapa jenis tumbuhan dari Asia menuju Pasifik. Misalnya talas, ubi jalar, pisang, kunyit, dan labu manis. Armada Cheng Ho setelah mengunjungi India menyebarkan kapas, tebu, dan jahe liar. Mereka juga menyebarkan jagung, serta kentang manis dari Amerika Selatan menuju Asia Tenggara dan Pasifik. Menurut Hudson, semua itu adalah bukti tak terbantahkan dari pelayaran Cheng Ho yang benar-benar keliling dunia. “Memang masih ada sarjana yang berusaha mengecilkan pelayaran Cheng Ho dan mengagungkan pelayaran bangsa Eropa. Padahal, hingga abad ke-20, armada Cheng Ho adalah armada terbesar di dunia yang pengaruhnya sangat terasa di seluruh dunia,” tandasnya. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: