4 Jerman vs Meksiko 1, Tuntaskan Rasa Penasaran
SOCHI – Jerman berhasil melaju ke final. Tapi, rasa penasaran masih menyelimuti penggawa tim Panser - julukan timnas Jerman. Sebab, pada fase grup lalu mereka hanya mampu bermain imbang 1-1 melawan Cile. So, Cile adalah satu-satunya lawan yang tak mampu ditaklukkan Julian Draxler dkk. Nah, rasa penasaran itu bisa mereka tuntaskan pada pertemuan kedua pada laga final di Saint Petersburg, Senin (3/7) mendatang. Modal untuk rematch sudah mereka kantongi, seiring kemenangan telak 4-1 (2-0) atas Meksiko di Fisht Olympic Stadium Sochi kemarin. Jerman bahkan tak perlu menunggu waktu lama untuk menghabisi El Tri, julukan Meksiko. Dalam delapan menit pertama, Jerman sudah leading dua gol lewat Leon Goretzka. Gelandang Schalke 04 itu dua kali membobol gawang Meksiko pada menit ke-6 dan 8. Lalu, gol ketiga dilesakkan Timo Werner pada menit ke-59. Jerman sempat kebobolan melalui gol Marco Fabian (89\'). Namun, pemain debutan Amin Younes kembali memperbesar keunggulan melalui golnya di masa injury time. Dilansir ESPN, pelatih Jerman Joachim Loew ingin menuntaskan unfinished business-nya dengan negara dua kali juara Copa America itu. \'\'Kami paham benar siapa mereka (Cile), dan saya yakin mereka akan tancap gas di final nanti,\'\' sebut Loew. Loew optimistis \'\'tim B\'\' Jerman bisa menggebrak di final mendatang. Apalagi, ini kali pertama dalam tujuh bulan terakhir Jerman mampu unggul dua gol dalam 10 menit pertama. Terakhir kali Jerman melakukannya ketika berhadapan dengan negara lemah San Marino di Kualifikasi Piala Dunia 2018 zona Eropa pada 12 November. \'\'Kami akan menganalisa bagaimana pemain-pemain melewati laga ini. Tetapi, saya akui, Cile lawan yang sangat bertenaga di turnamen ini,\'\' ulas Loew. Belajar dari pengalaman di Kazan (saat melawan Cile di fase grup), Jerman saat itu terlambat panas. Hal itu dimanfaatkan Cile untuk langsung menekan sejak menit pertama. Di babak pertama, Jerman yang notebene punya penguasaan bola tertinggi di antara tim-tim Piala Konfederasi pun lebih banyak ditekan. Bahkan hingga akhir pertandingan, meski bisa mencetak gol penyama dan unggul penguasaan bola, pertahanan Jerman lebih sering jadi bulan-bulanan Gary Medel dkk. \'\'Secara personal, saya benar-benar gembira bisa bermain menghadapi Cile lagi,\'\' ungkap Goretzka yang dianugerahi gelar sebagai Man of the Match dalam laga tersebut. Kebetulan saat ditahan La Roja – julukan Cile – pada 23 Juni lalu, Goretzka termasuk pemain yang flop. Sebagai penyokong serangan di belakang Lars Stindl bersama Draxler, tak sekalipun dia mampu mengancam gawang Cile. Nah, motivasi Goretzka makin berlipat jelang rematch pada final nanti. \'\'Mengapa? Karena di pertemuan sebelumnya kami merasa hasil imbang tidaklah cukup bagi kami,\'\' tutur gelandang serang 22 tahun itu. Dengan performanya yang makin berkembang, Goretzka bisa jadi motor serangan dari second line Jerman bersama Draxler di belakang Werner. Terlebih, bersama Werner, Goretzka menjadi dua pemain calon penerima Golden Shoe alias pencetak gol terbanyak dengan tiga golnya. Goretzka pun tak peduli dengan status Cile sebagai rajanya Amerika Latin, serta pemainnya yang lebih matang ketimbang Jerman. \'\'Kini kami punya kesempatan memberi bukti melawan tim papan atas. Itulah kenapa kami di sini, kami ingin mengawali laga ini lebih baik dari laga-laga lainnya,\'\' tambahnya. (ren/bas)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: