Sampah Numpuk di TPS, Program Zero Waste Dituding Gagal

Sampah Numpuk di TPS, Program Zero Waste Dituding Gagal

CIREBON – Penumpukan sampah di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) menjadi pemandangan tak sedap setelah Idul Fitri. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) memerkirakan, sampah yang tidak terangkut bakal tuntas, Selasa (4/7). “Alat berat sudah bisa digunakan, Kamis sore (29/6) sudah diperbaiki dan Jumat (30/6) kita sudah mulai pengangkutan,” ujar Pelaksana Tugas (Plt) Kepala DLH, Ir Agung Sedijono MSi, Minggu (2/7). Agung mengungkapkan, penanganan sampah di dalam kota akan membaik seiring dengan selesainya perbaikan dua unit alat berat di TPA Kopi Luhur. Petugas di lapangan juga mulai menyisir TPS untuk melakukan pengangkutan. Tercatat, Jumat pekan kemarin mulai dilakukan pengangkutan sampah di TPS Kesambi dan Sunyaragi. Kemudian berlanjut Sabtu (1/7) di TPS Wahidin, Krucuk dan Sukalila. Selanjutnya Minggu (2/7) di TPS Kalibaru, Pesisir, Jalan Kembar dan Galunggung. Dari keseluruhan pengangkutan, TPS Galunggung yang mengalami peningkatan signifikan. Butuh 20 rit dump truck untuk menuntaskan tumpukan sampah. Bahkan, masih akan dilanjutkan, Senin (3/7). “Beres TPS Galunggung, lanjut Katiasa dan depan PLTG By Pass,” terangnya. Agung mengakui, penumpukan sampah setelah Idul Fitri tahun ini terasa berbeda. Cuti bersama yang diberikan pemerintah cukup panjang dan hal ini berpengaruh pada penumpukan sampah di Kota Cirebon. Tingginya hunian hotel, pemudik dan wisatawan, berkontribusi besar pada volume sampah. Tercatat peningkatannya sampai 850 meter kubik/hari. “Normalnya 600-an meter kubik,” ucapnya. Menurut dia, tingginya volume sampah di TPS merupakan gambaran nyata bahwa pengolahan dan pemilahan sampah di rumah tangga belum berjalan. Prinsip zero waste dan keterlibatan aktif masyarakat melalui bank sampah belum terlihat. Ia mengingatkan, TPA Kopi Luhur tidak dapat terus menerus menampung sampah. Meskipun demikian, DLH sudah mencari kantong baru di sekitar lokasi yang mampu menampung sampah sampai satu tahun ke depan. Di tempat terpisah, Ketua Forum Kota Sehat M Rafi SE menilai, persoalan sampah menjadi hal klasik di Kota Cirebon. Sebagai kota maju berkembang, setidaknya ada tiga masalah utama kota. Yaitu sampah, Pedagang Kaki Lima (PKL) dan lalu lintas. Untuk yang ketiga, saat ini masih belum terlalu terasa. Kemacetan baru terjadi pada waktu tertentu dan di jalan protokol tertentu. “Persoalan sampah, menjadi satu hal yang harus dicarikan solusi bersama,” tuturnya. Menurut Rafi, kesadaran masyarakat untuk mengelola sampah menjadi benda bernilai ekonomis dan bermanfaat menjadi penting. Sampah mestinya habis di tingkat rumah tangga. “Ada program zero waste. Sampah dipilah dan dimanfaatkan sebagai barang bernilai ekonomis tinggi,” ucapnya. Keberhasilan zero waste dapat dilihat dari minimnya sampah di TPS. Kalau sebaliknya, berarti program tersebut belum berjalan optimal. Pasalnya, TPA Kopi Luhur tidak bisa terus menerus menerima beban sampah. Lahan seluas 14 hektare itu nyaris tidak ada yang kosong. (ysf)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: