Para Calon Bupati Kuningan Belum Ada yang Beber Program, Baru Sebatas Obral Baliho

Para Calon Bupati Kuningan Belum Ada yang Beber Program, Baru Sebatas Obral Baliho

KUNINGAN- Pilkada 2018 Kabupaten Kuningan masih setahun lagi. Namun waktu setahun bisa dianggap pendek oleh para bakal calon bupati dan wakil bupati untuk mengenalkan diri kepada masyarakat. Tak heran jika momen besar menjadi bidikan para kandidat. Seperti Hari Raya Idul Fitri yang baru saja dilalui. Nyaris di setiap sudut Kabupaten Kuningan, berjejer alat peraga bergambar para kandidat. Bagaimana kondisi sebenarnya ? Semarak Lebaran diimbangi dengan bermunculannya ribuan alat peraga berbagai ukuran di seantaro Kota Kuda. Tak hanya menyasar wilayah perkotaan saja, baliho yang dipasang tim relawan para calon juga sampai ke pelosok pedesaan. Dan tidak sedikit yang memanfaatkan batang pohon untuk dipasang alat peraga. Tanpa merasa berdosa, tim relawan memaku alat peraga di batang pohon. Padahal di zaman mantan bupati H Aang Hamid Suganda, ada larangan tidak tertulis agar pohon yang tumbuh di pinggir jalan maupun di pedesaan tidak dipasangi alat peraga dengan cara dipaku. Tapi entah mengapa, sekarang banyak yang memasang alat peraga di batang pohon. Warga sendiri nampaknya tidak terlalu mempersoalkan keberadaan ribuan baliho yang berdiri gagah di sepanjang jalan poros kabupaten, kecamatan dan desa. Malah ada yang menganggap bagus jika para bakal calon sudah mulai menyosialisasikan dirinya sendiri. “Ya bagus saja. Nanti masyarakat akan tahu siapa yang akan maju di Pilkada 2018. Saya sendiri tidak keberatan dengan banyaknya atribut bakal calon. Masyarakat Kabupaten Kuningan sudah dewasa kok dalam urusan politik,” papar Mashud, salah seorang warga. Cuma dia menyesalkan masih banyaknya bakal calon yang tidak peduli terhadap kelestarian pohon yang sudah ditanam sejak puluhan tahun lalu. Itu tidak terlepas dari dipakainya batang pohon yang tumbuh di pinggir jalan sebagai media kampanye dengan cara memasang alat peraga. “Sebenarnya mungkin tidak hanya saya saja yang kecewa dengan banyaknya bakal calon yang memasang alat peraga dengan memakunya ke batang pohon. Warga lainnya juga saya rasa kesal melihat pohon yang usianya puluhan tahun dipaku. Sebaiknya pihak terkait membersihkan alat peraga yang dipaku di batang pohon,” pintanya diamini Tari, warga lainya. Selain bertebarannya ribuan alat pelarga, para kandidat juga berlomba mengusung jargon terbaiknya. Misalnya Bupati H Acep Purnama yang kembali maju, mengusung jargon khas Sunda, Kuningan Sajati. Di baliho yang banyak bertebaran di pinggir jalan, tertera Kuningan Sajati yang menjadi tagline Acep di Pilkada 2018. Tak ketinggalan dengan HT Mamat Roby Suganda. Pria yang berpasangan dengan H Momon Rochmana di Pilkada 2013 itu mengusung jargon Kuningan Bisa. Begitu juga dengan kompatriotnya, Yosa Octora. Putra politisi Partai Demokrat, H Amin Santono tersebut memasang tagline Menuju Kuningan Lebih Baik. Calon lainnya, H Dudy Pamuji dengan atribut alat peraga yang didominasi warna kuning mengusung tagline Kuningan Juara. Lalu Ketua DPD PAN Kabupaten Kuningan yang sudah mendaftarkan diri ke panitia pendaftaran DPD PAN, mengusung jargon Kuningan Bersatu. Muhammad Ridho Suganda atau Edo mengusung tema Kuningan Bangkit. Namun ada yang berbeda dengan tagline yang diusung sang darah muda, Dani Iskandar. Pria yang akrab dipanggil Dani Toleng dan mendaftar ke Gerindra itu lebih memilih jargon yang cukup menggelitik yakni Ngadaun Ngora sebagai taglinenya. “Masing-masing kandidat saya kira akan mengusung jargon terbaiknya, ini untuk merebut simpati masyarakat,” sebut pemerhati politik, Rudi. Hanya saja Rudi meminta kepada para calon untuk datang ke desa-desa dan menyampaikan program yang akan diusungnya jika terpilih. Jika hanya sebatas memasang alat peraga dan tidak pernah menyampaikan visi dan misi, tentu masyarakat tidak akan tahu program yang bersangkutan. “Lebih efektifnya jika para kandidat juga legowo menyampaikan program yang diusungnya. Biar masyarakat yang nantinya menilai. Apakah visi dan misi yang dibeber para calon itu realistis atau mengawang-awang. Sudah saatnya masyarakat diberi pencerahan politik dengan benar,” sarannya. (ags)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: