RS Juanda Diduga Usir Pasien, Sebut Rawat Inap Peserta BPJS Cuma Lima Hari

RS Juanda Diduga Usir Pasien, Sebut Rawat Inap Peserta BPJS Cuma Lima Hari

KUNINGAN–Pelayanan rumah sakit (RS) di Kuningan kepada masyarakat kembali ditantang untuk lebih ditingkatkan. Pasalnya, salah satu RS swasta di Kuningan, yakni RS Juanda diduga telah menelantarkan salah satu pasien kritis atas nama Hj Hodijah dari Desa Sidaraja, Kecamatan Ciawigebang beberapa hari lalu. Berdasarkan pengakuan suami korban, Drs H AM Supandi, korban awalnya dibawa keluarga ke RS Wijaya Kusumah Minggu pagi pekan lalu (16/7) karena penyakit gulanya naik hingga 570. Saat dirawat di Wijaya, ia dipanggil dokter penanggung jawab ICU RS Wijaya pada Senin (17/7) dan disarankan agar pasien dibawa ke RS yang memiliki fasilitas layanan ICU.  Sempat menanyakan ke RS Elsyifa, namun ruang ICU penuh. “Istri saya akhirnya dibawa ke RS Juanda, hari Senin itu juga ditangani di UDG oleh dokter Y. Kata dokter Y, ini gak usah masuk ICU, di ruang yang satu orang juga gak apa-apa. Karena saya gak puas, saya bilang ke dokter Y, Dok saya disuruh oleh RS Wijaya mencari RS yang ada ICUnya dan cuci darah, kenapa sekarang tidak dimasukkan ke ICU, alasannya apa? Tolong kalau nanti ada masalah kepada pasien, istri saya, saya akan menuntut dokter. Setelah dibilang begitu, akhirnya dimasukin ICU di RS Juanda hari Senin sampai Selasa, Rabunya cuci darah dengan ditangani dokter dalamnya dokter Rio. Lalu di ruang cuci darah, kami disarankan agar istri saya cuci darah seumur hidup, seminggu dua kali, Rabu dan Sabtu,” beber Supandi. Pada Jumat pagi (21/7), lanjut Supandi, dokter Y meminta pasien agar segera dibawa keluar RS Juanda karena waktunya sudah habis mengingat perawatan menggunakan fasilitas BPJS berdasarkan kebijakan pihak RS. Ia memohon agar pasien bisa dirawat dengan penambahan hari hingga esoknya karena harus menjalani cuci darah kedua berdasarkan saran dokter Rio. Sayangnya dokter Y tetap dengan pandangannya agar pasien segera meninggalkan RS Juanda yang dianggap pihak keluarga sebagai sikap pengusiran. “Ini seolah-olah kami diusir agar segera meninggalkan ruangan, pokoknya hari ini harus keluar dari Juanda, waktunya sudah habis, sudah lima hari katanya. Saya minta kebijakan sehari saja untuk besoknya (Sabtu) setelah cuci darah, gak bisa, padahal kondisi pasien ngedrop (kritis, red). Akhirnya istri saya dibawa ke RSUD 45 dengan diantar perawat. Perawat RS Juanda juga sempat dimarahi oleh dokter di RSUD 45 karena kondisi pasien dalam keadaan ngedrop tetapi berani memindahkan ke RS lain. Akhirnya istri saya diobservasi di RSUD 45 Kuningan,” tuturnya lagi. Ia menilai perilaku oknum dokter di RS Juanda seakanakan tidak manusiawi dan hanya komersial. Diakuinya, RS Juanda memang menerima pasien BPJS, hanya saja ada batas waktu. Ia sempat berkonsultasi kepada petugas BPJS yang ada di RS Juanda, namun berdasarkan penjelasan pihak BPJS tidak ada masalah, perpindahan pasien adalah kebijakan RS Swasta. “Ini masalahnya, kami merasa diusir. Dalam kondisi pasien kritis tapi RS Juanda berani memindahkan ke RS lain,” sebutnya sambil memberitahukan bahwa istrinya meninggal dunia di RSUD 45 pada Sabtu lalu (22/7). Untuk itu, secara pribadi ia meminta agar pihak RS Juanda bisa mengubah sikap dalam memberikan pelayanan untuk kebaikan pasien dan keluarganya, sehingga masalah yang terjadi pada istrinya bisa menjadi perhatian masyarakat. Ia kembali menyebut RS Juanda tidak manusiawi, hanya mementingkan komersialisme. “Datanya di saya ada, masalah BPJS dibatasi waktu. Saya pertimbangannya pasien kasian untang antung bolak balik, red). Saya dipanggil oleh RS Juanda siap, kepergian istri saya dipanggil Yang Maha Kuasa sempat disesali, apalagi perlakuan tidak manusiawi di RS Juanda ini yang sangat saya sesalkan. RS Juanda harusnya bisa melayani pasien dan penunggunya dengan ramah dan sopan,” harapnya. Terpisah, dr Y saat dikonfirmasi membantah pasien atas nama Hj Hodijah diusir dari RS Juanda dan disuruh pulang, melainkan dirujuk ke RSUD 45 Kuningan untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik. Mendengar pasien ini telah meninggal dunia, ia pun menyampaikan turut berduka atas meninggalnya pasien yang pernah dirawatnya itu. “Kan dirujuk, tidak disuruh pulang karena dari dokter Rio SPPD ada rawat gabung dengan spesialis saraf. Jadi dirujuk karena di RS kita (RS Juanda, red) gak ada dokter syaraf. Kalau disuruh pulang mah salah atuh, ini dirujuk untuk dapat penanganan dokter saraf. Ya engga (gak ada pengusiran, red), kalau diusir ya disuruh pulang, ini mah di rujuk dengan diantar ambulance dan perawat. Kita gak ada spesialis, kalau dibiarin di RS kita malah salah atuh, kan di RSU ada dokter Rio juga, terus ada spesialisnya. Sampaikan salam saya, turut berduka, Innalillahi,” jelas dr Y. (muh)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: