Protes PPDB Ortu Gembok Sekolah, KBM Bubar

Protes PPDB Ortu Gembok Sekolah, KBM Bubar

CIREBON- Proses kegiatan belajar mengajar (KBM) di SMAN 1 Astanajapura Kabupaten Cirebon, kemarin, terganggu. Belasan calon orang tua siswa yang anaknya gagal masuk saat PPDB beberapa waktu lalu datang dan melakukan protes ke sekolah dan mengunci gerbang sekolah dari luar. Situasi tak menentu, sekitar pukul 10.00 semua siswa dipulangkan. Proses KBM benar-benar dihentikan. Pantauan Radar, peristiwa bermula dari keinginan sejumlah orang tua calon siswa yang meminta sekolah mengakomodasi 14 calon siswa yang merupakan warga asli Desa Kanci, Kecamatan Astanajapura. 14 siswa itu gagal masuk PPDB  pekan lalu. Pihak sekolah tidak bisa memberikan keputusan sehingga membuat suasana pertemuan menjadi tegang. Salah satu orang tua calon siswa, Rajang (36) mengaku 14 siswa yang gagal masuk ke SMAN 1 Astanajapura adalah warga pribumi yang gagal masuk PPDB kemarin karena beberapa faktor. Salah satunya adalah ketidaktahuan orang tua dan minimnya sosialisasi yang dilakukan oleh pihak sekolah. “Kami orang kampung suruh ikut sistem online yang kami gak ngerti,” ujarnya. Padahal, menurutnya, mayoritas dari 14 calon siswa tersebut memiliki kartu Indonesia pintar (KIP) di mana seharusnya berpeluang besar untuk bisa masuk karena terbantu jalur khusus gakin dan sistem zonasi. Tapi, sambung dia, seperti tak ada solusi. “Sekolah ini kan ada di Kanci, masa warga Desa Kanci tidak bisa sekolah di sini. Lalu buat apa ada sekolah di sini. Tuntutan kita anak-anak kita bisa sekolah di sini. Kasihan, mental anak tertekan gara-gara aturan begini. Ada yang di rumah nangis terus karena gak bisa sekolah,” imbuhnya. Sementara Ketua LSM Geger Cirebon Soebandi BA yang turut hadir di SMAN 1 Astanajapura mengatakan pihak sekolah seharusnya punya pertimbangan khusus untuk anak-anak pribumi. Menurut Soebandi, aturan yang dibuat tidak boleh kaku sehingga terkesan meminggirkan anak-anak pribumi. “Kalau semua keputusan ada di Bandung, pindahin saja sekolahnya ke Bandung, tidak usah ada sekolah di sini. Ini kan yang mau sekolah warga Kanci, warga pribumi. Kok dipersulit kesannya,” ungkapnya. Dia pun tidak akan memaksa jika kuota di sekolah itu sudah penuh. Namun berdasarkan keterangan dari pihak sekolah, justru di sekolah tersebut masih kurang siswa. “Ada 24 kursi kosong, kenapa yang susulan ini tidak bisa dimasukkan lagi? Ini kan kaku sekali aturannya, tidak ada kebijaksanaan. Mereka ini warga sekitar, bukan orang jauh,” paparnya. Terpisah, Kepala SMAN 1 Astanajapura, Dodi Rosnaedi mengatakan pihaknya tidak bisa memberikan keputusan apapun terkait tuntutan tersebut karena kewenangan PPDB tingkat SMA/SMK ada di Provinsi Jabar. “Salah kalau saya sendiri yang memutuskan. Semua kini tergantung provinsi. Kuota kita 396 dan 11 rombel. Saat ini terisi 372 siswa, masih ada kursi kosong sebanyak 24 siswa. Tapi memang kita tidak bisa memutuskan, harus ada kebijakan dari provinsi” pungkasnya. (dri)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: