Polisi Gulung Sindikat Penipuan Online Internasional Asal Tiongkok

Polisi Gulung Sindikat Penipuan Online Internasional Asal Tiongkok

SURABAYA - Tim gabungan dari Kepolisian Tiongkok, Bareskrim Mabes Polri, Polda Metro Jaya, Polres Depok, dan Polrestabes Surabaya kemarin, menggulung sindikat penipuan online internasional. Tidak tanggung-tanggung, operasi tersebut dilakukan secara simultan di Jakarta, Surabaya, dan Bali sekaligus. Total 140 orang yang mayoritas WN Tiongkok diamankan. Hingga berita ini ditulis, masih belum jelas siapa yang menjadi otak sindikat tersebut. Namun, korbannya adalah orang-orang di Tiongkok sendiri. \'\'Masih satu kesatuan (operasi di Jakarta, Bali, dan Surabaya, red). Kami saling koordinasi. Tapi, masih kami perdalam dan petakan,\'\' kata Wadirkrimum Polda Metro Jaya AKBP Didik Sugiarto kepada sejumlah wartawan di TKP penggerebekan di Pondok Indah, Jakarta Selatan. Sindikat ini sangat besar skalanya. Menurut seorang petugas yang ikut menangani kasus tersebut, dalam laporan ke interpol, kepolisian Tiongkok menyebut sindikat ini berhasil menggondol sedikitnya USD 45 juta (Rp 600 miliar) dalam satu tahun terakhir. \'\'Modusnya sederhana, mereka menipu orang-orang di Tiongkok dengan cara menyebutkan famili mereka bermasalah dengan hukum dan harus membayar dalam jumlah tertentu supaya bebas,\'\' lanjut petugas tersebut. Jadi, korbannya adalah orang-orang Tiongkok sendiri. Sindikat ini sengaja memilih luar negeri sebagai home base supaya tidak mudah terlacak. Sumber itu juga menyebutkan bahwa sindikat ini diduga mempunyai kemampuan cracking (membobol sistem keamanan komputer). Sebab, mereka bisa mengetahui siapa-siapa saja yang bermasalah di Tiongkok. Sehingga, mereka bisa dengan tepat menyasar keluarga orang-orang yang bermasalah dengan hukum. \'\'Ini yang membuat kepolisian Tiongkok khawatir. Sebab, itu berarti bisa jadi ada kebobolan dengan sistem mereka,\'\' lanjutnya. Selain itu, besarnya skala sindikat tersebut bisa dilihat dari postur sindikat itu di Indonesia. Sindikat ini mempunyai markas di perumahan mewah. Di Jakarta ada di Pondok Indah, Bali di Kuta Selatan, sedangkan di Surabaya, langsung tiga rumah di perumahan paling mahal, Graha Family. \'\'Kami masih belum mengetahui apakah sindikat tersebut membeli atau menyewanya. Kami masih belum bisa melakukan pemeriksaan secara intensif,\'\' kata AKBP Didik. Juga jumlah anggota sindikatnya. Di Pondok Indah Jakarta, polisi mengamankan sekitar 29 orang yang rata-rata WN Tiongkok. Sementara di Kuta Selatan, lokasi markas sindikat yang digerebek di Bali, aparat menahan 28 orang. Yang paling banyak adalah di Surabaya. Total ada 93 orang yang diamankan dan dikumpulkan dalam operasi kemarin. Rinciannya, 12 orang WN Taiwan, satu Malaysia, satu WN Indonesia, dan sisanya WN Tiongkok. Selain itu, dari 93 orang tersebut, 26 di antaranya adalah perempuan. Semuanya berasal dari Tiongkok. Informasi yang dihimpun Jawa Pos (Radar Cirebon Group) menyebutkan, mereka sebenarnya sudah diintai sejak Maret lalu. Ketika itu, Mabes Polri menerima pengaduan Kepolisian Tiongkok. Dalam aduannya, kepolisian Tiongkok menyebutkan ada sejumlah sindikat penipuan dengan sasaran warga Tiongkok yang bermarkas di Indonesia. Dari catatan Jawa Pos (radarcirebon.com group), dalam dua tahun terakhir tercatat ada empat kali penggerebekan. Yang pertama pada Mei 2015 lalu di Cilandak, Jaksel. Ketika itu ada sebuah sindikat penipuan dengan modus yang sama digerebek, dan 33 orang diamankan. Kemudian pada Desember 2015, 30 orang yang menjadi sindikat penipuan dengan sasaran orang Tiongkok kembali diamankan Polda Metro Jaya. Sementara pada 2016, tidak terdengar ada penggerebekan. Namun, pada Mei lalu, Bareskrim Mabes Polri bersama Polda Sumut menggerebek sebuah rumah di kawasan Tanjung Morawa, Deli Serdang. Ketika itu, total 77 WN Tiongkok diamankan dan kemudian diekstradisi ke Tiongkok. \'\'Tampaknya, mereka belajar bahwa di Jakarta tidak aman. Mereka kemudian pergi ke daerah-daerah,\'\' kata seorang petugas Polda Metro Jaya yang juga menangani kasus tersebut. Dan yang terakhir, sekaligus yang paling besar, adalah operasi penggerebekan yang dilakukan kemarin. Langsung melakukan penangkapan di tiga kota secara simultan. Dari hasil pengintaian selama lebih dari tiga bulan, sindikat ini merupakan satu bagian dari sindikat yang sama. Kapolrestabes Surabaya Kombespol M Iqbal mengatakan, pihaknya sekadar membantu pengungkapan yang dilakukan oleh Bareskrim, Polda Metro, dan Kepolisian Tiongkok. \'\'Soal detailnya, saya juga belum tahu. Apalagi, tidak ada satu pun dari warga asing itu yang bisa berbahasa Indonesia. Entah itu beneran atau berpura-pura, saya tidak tahu,\'\' ucap orang nomor satu di jajaran kepolisian Surabaya tersebut. Dari pemeriksaan sekilas, sindikat ini datang ke Surabaya secara bergiliran antara Januari hingga Februari 2017. \'\'Kemudian, mereka langsung datang ke tiga rumah di Graha Family ini,\'\' ucapnya. Lamanya waktu mereka di Surabaya juga bisa dilihat di TKP. Ada banyak peralatan memasak, kasur yang berderet-deret, dan kondisi rumah yang diubah fungsinya mirip bangsal dan tempat kerja begitu saja. Dari pemeriksaan sementara, mereka datang dengan visa kunjungan biasa. Ada beberapa yang overstay. Dari tiga rumah yang digerebek di Surabaya, polisi menyita lima buah laptop, tiga buah iPad mini, sebuah iPad, 41 telepon, 12 buah wireless router, 12 buah hub network, 82 buah ponsel, dan 17 buah numeric keyboard. \'\'Mereka tampaknya sangat profesional,\'\' ucap mantan Kabidhumas Polda Metro Jaya tersebut. Hanya, Iqbal mengaku belum tahu bagaimana proses selanjutnya. \'\'Karena kami hanya bertugas mem-back up saja,\'\' ucapnya. \'\'Mabes nanti dengan kepolisian Tiongkok yang memutuskan. Apakah langsung diekstradisi, atau diproses dulu di sini,\'\' tambahnya. Terpisah, seorang petugas Bareskrim menyatakan bahwa mereka mengintai sindikat ini di Surabaya sejak tiga bulan lalu. \'\'Memang cukup lama. Kami harus memastikan dulu apakah sudah semua sindikat berhasil kami identifikasi. Juga untuk mencocokkan hasil penyelidikan dengan tim yang mengintai di Jakarta dan Bali,\'\' terangnya. Mereka mengakses rumah-rumah yang diincar dengan cara yang bermacam-macam. Tapi, yang paling membuahkan hasil ketika mereka menyamar menjadi petugas TV kabel. Begitu bisa masuk, mereka bisa mengonfirmasikan bahwa sindikat ini memang yang sedang dicari. \'\'Melihat situasi rumah yang penuh dengan wifi router, telepon, dan hape dalam jumlah banyak,\'\' tambahnya. (mir/han/ano)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: