Jelang Idul Adha, Harga Kebutuhan Pokok dan Daging Stabil

Jelang Idul Adha, Harga Kebutuhan Pokok dan Daging Stabil

CIREBON - Harga Kebutuhan Pokok Masyarakat (Kepokmas) dan daging sapi maupun ayam jelang perayaaan Idul Adha, masih stabil. Berdasarkan pantauan Radar di sejumlah pasar tradisional, terutama harga daging masih stabil hingga saat ini, dan belum ada tanda-tanda kenaikan. Kepada Radar, Pedagang Daging di Pasar Sumber, Nuryanah (40) mengatakan, harga daging ayam dan sapi cenderung stabil. Saat ini, harga daging ayam berada di kisaran Rp30 ribu per kilogram, sedangkan daging sapi Rp115 ribu/kg. \"Masih stabil, daging ayam kadang Rp29 ribu kadang Rp30 ribu. Begitu juga dengan daging sapi,\" kata Anah kepada Radar, kemarin. Di tempat berbeda, Pedagang Sayuran di Pasar-Pasalaran Weru, Neneng mengaku, sejauh ini harga Kepokmas mulai dari beras, telur, minyak sayur, dan sayur-mayur masih terbilang stabil. \"Belum ada tanda-tanda naik, masih tetap sama. Paling garam saja yang masih mahal,\" katanya. Sementara itu, Humas Jagal Pemotongan Sapi dan Kerbau Cirebon, Mantri Yudi Lumanhakim mengaku, di tingkat jagal untuk harga daging sapi masih Rp105 ribu/kg. \"Kalau di kita masih Rp105 ribu, tapi kalau sudah di pasaran selisihnya Rp10-15 ribu/kg. Ya berarati Rp115 ribuan, harga segini masih stabil,\" tutur Yudi. Meski harga yang masih stabil, lanjutnya, tak membuat daya jual semakin meningkat. Apalagi diketahui harga ongkos produksi ternak sapi kini semakin mahal. \"Masih sepi, malah banyak jagal yang tutup. Ini karena dampak harga daging lokal yang semakin langka dan mahal. Sedangkan daging es-esan (impor) dijual harga murah meriah,\" bebernya. Menurutnya, distribusi daging impor yang kini terjun bebas ke pasar tradisional, nampaknya semakin membuat lesu para jagal dan pedagang sapi atau daging sapi lokal. Padahal, menurut peraturan sebelumnya, daging impor ini hanya diperuntukan bagi industri, hotel, restoran, dan katering dan super market (pasar modern). Padahal, kata Yudi, kualitas daging sapi impor dan lokal sangat jauh berbeda. Daging impor berbentuk es-esan, kurang enak dimakan karena lama di dalam freezer, sedangkan daging lokal lebih fresh (segar) dan empuk. \"Ya jauh sekali, impor keadaannya sudah lama di es sampai empat bulan, kalau yang lokal masih seger,\" kata dia. Daging impor yang dijual bebas di pasar tradisional lebih menguntungkan para pedagang, namun merugikan para jagal. \"Harusnya kalau mau impor besar-besaran jangan dagingnya. Tapi bakalan anakannya. Karena kita para jagal maupun peternak setidaknya dapat untung untuk memeliharanya,\" tukasnya. (via)    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: