Kisah Pilu Econg, Tunanetra dari Cibingbin, Makan dari Belas Kasih Tetangga

Kisah Pilu Econg, Tunanetra dari Cibingbin, Makan dari Belas Kasih Tetangga

KUNINGAN-Potret buram kemiskinan di Kabupaten Kuningan juga dialami kakak beradik di Desa Sukaharja, Kecamatan Cibingbin. Karena keterbatasan fisik dan mental menyebabkan keduanya menggantungkan hidup dari belas kasih tetangganya. Adalah Econg (53) dan adiknya Apin (50), sudah puluhan tahun hidup berdua dalam keadaan serba kekurangan akibat kemiskinan. Econg yang menderita tuna netra dan adiknya yang mengalami gangguan jiwa, praktis tak bisa bekerja dan berpenghasilan sehingga hanya menggantungkan kebutuhan makan sehari-hari dari hasil pemberian para tetangganya. ”Semenjak ditinggal bapak sekitar 20 tahun yang lalu, kami tinggal berdua. Adik saya sempat menikah namun akhirnya pisah dan anaknya juga meninggal dunia, kemudian jiwanya terganggu dan sering mengamuk. Otomatis kami tidak bisa bekerja dan mendapatkan uang, sehingga untuk sehari-hari kami hanya mengharapkan bantuan dan pemberian para tetangga,” kata Econg saat ditemui Radar Kuningan di rumahnya. Di rumah sederhana satusatunya peninggalan orang tuanya tersebut, Econg dan Apin menjalani hidup sehari-hari dengan sangat prihatin. Tak banyak yang bisa dilakukan Econg karena keterbatasan matanya yang buta, sedangkan Apin hanya sibuk dengan dunianya. “Paling saya memelihara beberapa ekor ayam di pinggir rumah, kadang kalau tidak punya uang bisa dijual. Alhamdulillah, saya punya banyak tetangga yang baik dan selalu memberi makan dan uang untuk kebutuhan sehari-hari,” kata Econg. Selain itu, Econg mengaku setiap bulan mendapatkan jatah beras sejahtera (rastra) dari desa sebanyak 15 kilogram yang harus dibelinya seharga Rp24.000. Sedangkan lauknya, apa saja yang tersedia tetapi sebagian besar hanyalah garam dan ikan asin yang mudah didapat dan harganya terjangkau. “Garam harganya hanya Rp2.000, bisa untuk teman makan beberapa hari. Uangnya dari hasil pemberian tetangga tadi,” kata Econg. Econg mengaku sebenarnya tidak ingin kehidupan bersama adiknya ini menjadi beban orang-orang di sekelilingnya. Kondisi matanya yang buta sejak kecil membuatnya tak bisa berbuat banyak, apalagi untuk bekerja dan mendapatkan imbalan pun tak mungkin dilakukannya. Beruntung, kehidupan serba kesusahan yang dijalani Econg dan adiknya ini ternyata mendapat perhatian sebuah komunitas sosial bernama Jaring Pengaman Umat (JPU) Kabupaten Kuningan. Amar Thohir salah seorang pengurus organisasi yang beranggotakan berbagai tokoh masyarakat pegiat sosial, pelaku usaha, rumah sakit dan beberapa dinas pemerintahan tersebut telah mencatat Econg sebagai salah satu warga yang akan mendapatkan bantuan rutin setiap bulan. “Keberadaan Ibu Econg dan adiknya ini sudah tercatat dalam daftar prioritas untuk kami bantu. Insya Allah, akan ada bantuan rutin setiap bulan dari JPU dalam bentuk bahan makanan dan lauknya, setidaknya Bu Econg tidak makan hanya dengan garam,” kata Amar. Dijelaskan Amar, bantuan tersebut merupakan hasil donasi anggota JPU Kuningan diantaranya dari Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (DKPP) dan Dinas Sosial dan untuk kesehatannya ada dari rumah sakit El Syifa. Dengan bantuan tersebut, kata Amar, mudah-mudahan kehiduan Econg dan adiknya sudah tidak lagi menjadi beban para tetangganya baik dalam hal kebutuhan hidup sehari-hari juga untuk kesehatan. (fik)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: