Warga Terdampak Debu Batu Bara Meluas, Pelindo Klaim Pengawasan Sudah Ketat

Warga Terdampak Debu Batu Bara Meluas, Pelindo Klaim Pengawasan Sudah Ketat

CIREBON  – Meningkatkan polusi debu batubara dipengaruhi faktor cuaca.  Deputi General Manager Komersial PT Pelindo II Cirebon, Yossianus Marciano mengatakan, kondisi cuaca panas disertai angin kencang membuat debu di sekitar pelabuhan berterbangan. Tapi, sudah diantisipasi dengan penyiraman secara berkala. \"Lagi musim angin kencang, debu yang ada di pelabuhan terbawa ke permukiman. Untuk sementara penyiaraman lebih diperbanyak lagi intensitasnya,\" ucap Yosi, kepada Radar, Rabu (30/8). (Baca: Kasihan, 1.500 Murid Santa Maria Cirebon Terdampak Aktivitas Debu Batu Bara) Yosi mengklaim sudah meningkatkan pengawasan. Mulai rutin melakukan penyiraman hingga penambahan armada di lapangan. PT Pelindo II juga sudah meningkatkan pelaksanaan standard operational procedure (SOP) penanganan bongkar muat. Sejak ada aduan masyarakat terkait debu batubara, pihaknya sudah menindaklanjuti dengan koordinasi bersama KSOP dan instansi maritim lainnya. \"Terima kasih karena warga udah kooperatif mengingatkan Pelindo terkait debu batubara. Ini sebagai fungsi kontrol yang mengingatkan supaya debu tidak masuk ke rumah,\" katanya. (Baca: Warga Terserang Debu Batu Bara, Walikota Ancam Tutup Secara Permanen) Tak hanya itu, Yossi melanjutkan, akan ada pengadaan mobil penyedot debu di sekitar area pelabuhan. Tujuannya agar debu yang berceceran tidak berterbangan terbawa angin. Langkah ini merupakan lanjutan dari upaya lain berupa penyiraman rutin, penambahan armada di lapangan dan pengadaan road sweeper. “Untuk pengawasan, kita kerahkan petugas yang piket setiap jam,\" jelasnya. (Baca: Alat Deteksi Tidak Ngaruh, Debu Batu Bara Tetap Ada, Uang Tak Ada) Terkait alat ukur ambang batas debu, Yossi mengaku baru memiliki alat manual. Perangkat itu terbuat dari paralon yang diberi air untuk mengetahui debu yang beterbangan di lingkungan masyarakat pelabuhan. \"Ada juga alat deteksi yang kita pasang tiga bulan sekali di titik-titik tertentu sekitar pelabuhan,\" terangnya. Diberitakan sebelumnya, sekitar 1.500 murid di sekolah Santa Maria Cirebon terdampak debu batu bara. Sehingga, aktivitas belajar mengajar guru dan murid di luar lingkungan Santa Maria dikurangi. Hal tersebut diungkapkan Ketua Yayasan Santo Dominikus, Sr Maria Albertine kepada radarcirebon, Selasa (29/8). Menurutnya, debu itu kembali dirasakan sejak dua minggu lalu. Bukan hanya mencemari lingkungan, namun debu tersebut menggangu kesehatan tubuh. “Saya itu jarang sakit. Tapi semenjak aktivitas bongkar muat batu bara dibuka, Saya sering mengalami demam. Sekarang ini saya juga sedang tidak enak badan,” ujar Maria. (mik/faz)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: