Keraton Kacirebonan Simpan Sejarah Peperangan di Cirebon
KERATON Kacirebonan merupakan salah satu bangunan bersejarah yang dibangun pada masa kolonial Belanda selain Kanoman dan Kasepuhan. Lokasi Keraton Kacirebonan berada di Jalan Pulasaren, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon. Bangunan Keraton Kacirebonan adalah gaya percampuran Tiongkok, zaman kolonial dan tradisional. Bentuk bangunannya seperti bangunan pembesar pada zaman kolonial Belanda dengan pengaruh arsitektur Eropa yang kuat. Bangunan pertama yang tampak adalah pendopo, tempat sultan menerima tamu. Ruangannya terbuka dan cukup luas dengan kursi-kursi yang berjejer. Di dindingnya terdapat foto-foto Sultan Keraton Kacirebonan terdahulu hingga sekarang. Pengunjung bisa berfoto bersama layaknya keluarga raja yang sedang menerima tamu. Memasuki bagian dalam keraton, ada banyak benda-benda bersejarah yang dipamerkan. Ada koleksi uang kuno berbentuk koin dan kertas. Ada juga gamelan kuno yang masih dimainkan dalam acara tradisi tahunan. Koleksi pedang yang digunakan ketika melawan penjajah Belanda juga bisa dilihat langsung. Bahkan ada pedang pemberian raja dari Belanda untuk Sultan Kacirebonan yang masih terpelihara. Ada juga koleksi baju adat yang biasa dipakai oleh keluarga raja dan masyarakat Cirebon. Benda unik seperti kurungan ayam besar untuk upacara adat Mudun Lemah dipamerkan. Selain itu ada koleksi wayang golek dan wayang kulit kuno yang disimpan di kotak besar. Topeng-topeng yang biasa dipakai untuk Tari Topeng, kesenian khas Cirebon, juga ditampilkan koleksinya. Ternyata, topeng-topeng itu punya makna yang mendalam karena menggambarkan perjalanan hidup manusia di dunia. Satu hal yang sangat menarik di keraton ini adalah sejarah berdirinya. Sultan Kacirebonan IX Pangeran Raja Abdul Ghani Natadiningrat mengatakan, sejarah dibangunnya Keraton Kacirebonan memang tak lepas dari peperangan yang pernah berkecamuk di wilayah Cirebon. \"Saat itu, tahun 1670, Belanda mulai memasuki kedaulatan Keraton Kanoman yang dipimpin oleh Pangeran Haerudhin. Hal ini ditentang oleh putra mahkota kesultanan yang tak lain adalah Pangeran Muhamad Haerudhin,\" ujarnya. Melibatkan rakyat Cirebon yang mendukungnya, lanjut Sultan, peperangan melawan kolonial Belanda berlangsung setidaknya hampir sekitar 5 tahun. Namun, pada tahun 1696, Pangeran Muhamad Haerudhin berhasil dikalahkan dan diasingkan ke Ambon, Maluku. Pengasingan tersebut membuat Pangeran Haerudhin yang telah uzur tidak memiliki putra mahkota untuk diangkat menjadi Sultan Kanoman. Hal ini dimanfaatkan Pemerintah Belanda secara sepihak untuk mengangkat Pangeran Imamudin yang pro kolonial sebagai Sultan Kanoman V. Namun, pengukuhan yang tidak direstui rakyat Cirebon ini membuat peperangan semakin merajalela dan menyebar hingga ke daerah luar Cirebon. Pada akhirnya, Pangeran Muhammad Haerudhin dipulangkan guna meredakan amarah rakyat. \"Keraton Kanoman yang telah memilih Pangeran Imamudin sebagai pemangku takhta membuat Pangeran Muhamad Haerudhin mendirikan Kesultanan Kacirebonan dengan gelar Sultan Carbon Amirul Mukminin pada tahun 1808,\" terangnya. (mik)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: