Normal, Tapi Tetap Waspada

Normal, Tapi Tetap Waspada

\"\"KEJAKSAN – Tanpa banyak yang tahu, Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kota Cirebon setiap tahun selalu melakukan pengujian terhadap kualitas udara. Untuk tahun ini, pengujian kualitas udara di laksanakan Selasa (31/8) yang bertempat di 10 titik se Kota Cirebon. “Ke-10 titik yang dijadikan lokasi tes kualitas udara adalah Balaikota, Gedung Negara, Pekiringan, Lawanggada, Santai Maria, Jl Dr Cipto, Gunungsari, Rajawali, terminal, dan Pegambiran,” kata Kasi Amdal dan Peningkatasan Kapasitan KLH Abing Riyadi kepada Radar, kemarin (31/8). Dia mengatakan, pengujian tes udara tersebut idealnya dilaksanakan dua kali dalam satu tahun, yakni pada saat puncak cuaca ekstrem seperti sekarang ini dan pada saat cuaca normal. Namun karena keterbatasan anggaran, maka pelaksanaan pengujian kualitas udara hanya dilaksanakan satu kali dalam setahun. “Sebab, untuk sekali melaksanakan tes pengujian udara minimal harus mencakup 10 sampel tes. Biaya untuk laboratorium untuk 1 sampel tes mencapai Rp1,5 juta,” ujar dia. Abing menyatakan, pelaksanaan tes kualitas udara tersebut berdasarkan standar lingkungan hidup daerah. Pengujian kualitas udara yang dilakukan memiliki beberapa parameter di antaranya debu, kebisingan, gas CO, NO, hingga H2S. “Berdasarkan hasil tes kualitas udara yang dilaksanakan pada tahun 2009 lalu kualitas udara di Kota Cirebon masih di bawah ambang batas normal yakni 100 mikrogram/liter dari batas ambang normal yakni 230 mikrogram/liter,” jelas dia. Sedangkan untuk suhu udara di Kota Cirebon sendiri pada hasil tes yang pernah dilakukan rata-rata bersuhu 33 drajat celsius hingga 35 drajat celsius. Meski tergolong tinggi, namun untuk Kota Cirebon yang berada di wilayah panti suhu tersebut dianggap masih normal. “Memang idealnya suhu udara itu hanya 27 drajat celsius seperti suhu di dalam sebuah kamar. Kota Cirebon masih bisa menurunkan suhu yang cukup panas tersebut dengan membuat iklim lokal yakni memperbanyak tanaman dan membuat hutan kota,” katanya. Namun Abing mengungkapkan suhu panas yang ada di Kota Cirebon sekarang ini sulit untuk diatasi. Beberapa penyebab panas yang terjadi disebabkan pantulan sinar matahari dari jalan, pantulan dari bangunan, partikel debu, dan gas buang atau SO2 CO. “Suhu panas juga disebabkan adanya kadar timbal yang tinggi di udara. Selain berpengaruh terhadap suhu, keberadaan timbal juga berdampak kepada psikologi masyarakat. Sehingga bila kadar timbal suatu daerah, maka masyarakatnya akan cenderung lebih pemarah,” papar dia. Menurut dia, meski kualitas udara di Kota Cirebon masih normal, namun masyarakat diminta untuk tetap waspada. Sebab, bila tidak waspada, maka kualitas dan suhu udara di Kota Cirebon cenderung berbahaya. “Beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk menjaga kualitas dan suhu udara tetap normal dengan cara penghijauan dan konversi bahan bakar minyak untuk kendaraan ke gas,” tukas dia. (mam)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: