Tradisi Sapton Meriahkan Hari Jadi Ke-519 Kuningan

Tradisi Sapton Meriahkan Hari Jadi Ke-519 Kuningan

KUNINGAN - Permainan tradisional adu ketangkasan berkuda khas masyarakat Kuningan bernama Sapton berlangsung semarak, Senin (4/9). Acara itu juga sekaligus memeriahkan peringatan Hari Jadi ke-519 Kabupaten Kuningan. Bertempat di lapangan sepak bola Kertawangunan, puluhan penunggang kuda yang sehari-hari bekerja sebagai kusir delman memeriahkan acara tahunan ini. Mereka membawa kuda terbaiknya untuk mengikuti lomba ketangkasan memasukkan tombak ke lubang cincin di bawah ember berisi air yang digantung. Satu per satu para peserta tersebut berusaha melemparkan tombak sambil menunggang kuda yang melaju kencang ke arah lubang cincin yang tergantung. Meski tampak mudah, namun tanpa keahlian khusus dan kepandaian mengendalikan kuda, sangat sulit bagi peserta untuk memasukkan tombak. Lemparan yang meleset dan malah mengenai badan ember, menyebabkan peserta terkena guyuran air yang tumpah. Sorakan para penonton yang memadati sekeliling lapangan semakin memeriahkan acara Sapton tersebut. Kabag Humas Setda Kuningan Wahyu Hidayah selaku Sekretaris Panitia Peringatan Hari Besar Nasional (PHBN) Kabupaten Kunignan mengungkapkan, acara Sapton merupakan warisan tradisi leluhur masyarakat Kuningan para zaman kerajaan dulu. Sesuai namanya, kegiatan ini biasa diselenggarakan pada hari Sabtu ketika para demang menyerahkan upetinya kepada Raja Kuningan. \"Namun, kali ini kegiatan Sapton terpaksa tidak diselenggarakan pada hari Sabtu, melainkan disesuaikan dengan hari jatuhnya Peringatan Ulang Tahun Kabupaten Kuningan pada tanggal 1 September. Seperti sekarang, mengingat Hari Jadi Kuningan jatuh pada hari Jumat yang juga bertepatan dengan Idul Adha dan pada hari Sabtu masih suasana lebaran, maka kegiatannya dilaksanakan usai Rapat Paripurna Istimewa DPRD hari Senin,\" kata Wahyu. Acara Sapton berupa lomba ketangkasan berkuda ini, kata Wahyu, selalu dirangkaikan dengan lomba ketangkasan panahan tradisional. Berbeda dengan panahan yang biasa hadir dalam event kejuaraan nasional seperti Porda, Pon ataupun Olimpiade, panahan tradisional ini merupakan olahraga di mana setiap peserta membidikkan anak panahnya dengan busur yang dibuat secara tradisional dari bambu ke target berupa boneka Elesan berwarna putih dari jarak sekitar 50 meter. \"Ada nilai poin masin-masing bagi setiap anak panah yang mengenai sasaran pentol, kepala dan badan Elesan. Bagi yang mendapatkan nilai akumulasi tertinggi, dialah pemenangnya,\" kata Wahyu. Hal ini, kata Wahyu, sebagai bentuk pelestarian kebudayaan khas Kabupaten Kuningan yang sempat hilang ditelan zaman. Namun untuk selanjutnya, kegiatan Sapton akan terus diselenggarakan setiap peringatan Hari Jadi Kuningan bersama tradisi lain seperti panahan tradisional, babarit dan karnaval kebudayaan Kuningan. Sementara itu, Bupati Acep Purnama menyatakan, acara Sapton merupakan salah satu kekayaan budaya Kabupaten Kuningan yang harus dilestarikan. Dari tahun ke tahun acara ini selalu mendapat respons positif dari masyarakat tidak hanya warga Kuningan namun juga dari luar daerah. \"Tradisi Sapton merupakan aset Kuningan yang harus dipertahankan bahkan dikembangkan. Selain menghibur, acara ini juga sangat potensial mendukung pariwisata di Kabupaten Kuningan,\" ujar Acep. (fik)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: