Hari Ini Sejumlah Elemen Warga Majalengka Gelar Aksi Damai Menolak FDS

Hari Ini Sejumlah Elemen Warga Majalengka Gelar Aksi Damai Menolak FDS

MAJALENGKA - Wacana penerapan full day school (FDS) oleh pemerintah pusat mendapat reaksi keras dari elemen masyarakat di Kabupaten Majalengka. Seperti yang diungkapkan pengusaha asal Randegan Kulon, Mochamad Ramdani yang menolak penerapan full day school. Dia beralasan, kebijakan FDS ebih banyak kerugian dibanding manfaatnya. Beban belajar akan makin memberatkan siswa. Jika kegiatan belajar mengajar ditambah sampai pukul 16.00 WIB, maka anak usia dini akan sulit menyerap pendidikan. Terkait aspek mental spiritual, lembaga pendidikan pesantren dan madrasah diniyah juga banyak memberikan kontribusi pada pembentukan kepribadian dan watak mental spiritual anak. Di banyak tempat madrasah diniyah biasanya dilaksanakan sore hari. Jika sekolah diberlakukan sampai sore hari praktis mereka tak bisa mengikuti madrasah diniyah. “Demi efektivitas belajar para generasi muda, saya secara pribadi menolak penerapan full day school di Kabupaten Majalengka yang akan diterapkan pemerintah pusat,” ungkapnya. Bahkan untuk membuktikan konsep full day school benar-benar mendapat penolakan, beberapa elemen masyarakat akan menggelar aksi unjuk rasa meminta pemerintah tidak menerapkan konsep tersebut. Ketua Bidang Kaderisasi PC Ansor, Aan Subarhan mengatakan, Ansor menggelar aksi penolakan full day school hari ini, Rabu (6/9). Massa berkumpul di kantor PCNU Kabupaten Majalengka mulai pukul 08.00. Kemudian menuju pendopo, Dinas Pendidikan, dan DPRD. “Saya berharap agenda yang akan dilaksanakan bisa berjalan kondusif, lancar, aman, dan tertib,” kata Aan. Sementara aktivis mahasiswa, Ence Feby Nurul Sadied juga sepakat penolakan konsep full day school. Jika konsep itu diterapkan tidak hanya akan mengganggu madrasah diniyah, tapi juga akan mengganggu eksistensi pondok pesantren. Salah satu dampaknya para santri akan tertinggal mengikuti kegiatan-kegiatan pokok di pondok pesantren. Dia juga khawatir konsep tersebut menyebabkan krisis moral dan spiritual. “Kami menyeru kepada berbagai pihak agar menyuarakan penolakan full day school di Kabupaten Majalengka, dengan mengikuti kegiatan aksi damai penolakan full day school yang akan dilaksanakan Rabu,” tukasnya. (bae)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: