Rohingya Butuh Doa dan Lobi Diplomasi Bukan Hoax

Rohingya Butuh Doa dan Lobi Diplomasi Bukan Hoax

HUBUNGAN Diplomasi RI-Myanmar sangat hangat. Dalam konflik Rohingya, Pemerintah RI memiliki peran cukup strategis terutamanya dalam menjembatani kepentingan kemanusiaan. Setidaknya sudah ada 6 sekolah RI yang di bangun untuk menjembatani hubungan antar etnik di kota Rakhine ini, dalam waktu dekat juga akan di bangun Rumah sakit RI dikota Rakhine untuk minimalisir jatuhnya korban konflik lebih banyak. Lobi diplomatik untuk negara perbatasan sekitar Rohingya agar mau menampung pengungsi juga di lakukan Pemerintah RI. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, aktif melakukan komunikasi diplomatik dan bertemu National Security Adviser Myanmar, Aung San Su Kyi untuk melakukan pembicaran lebih lanjut. Mendengar paparan tersebut, saya pun heran dengan adanya desakan dari sejumlah pihak untuk menarik duta besar Indonesia dari Myanmar sebagai “hukuman” untuk tindakan militer Myanmar. Padahal dengan keberadaan beliau di sana jauh lebih banyak yang bisa dilakukan. Konflik Rohingya menjadi alat propaganda. Beragam gambar sadis dan banyak yang hoax beredar. Seruan provokasi beredar. Kita semua prihatin dengan pengusiran dan pembunuhan yang menimpa etnis Rohingya, tetapi menyebar info hoax untuk mendramatisir situasi justru akan memanaskan situasi. Dari Info yang berkembang di Rohingya ada gerakan yang namanya RSO (Rakhine Solidarity Organization) yang masuk ke dalam daftar  kelompok teroris versi Amerika Serikat. Setelah ISIS tercerai berai, ratusan pendukung ISIS dari Indonesia kembali dari Suriah. Menurutnya, sebagian dari mereka melakukan kegiatan di Indonesia, sebagian bergabung ke Filipina selatan dan sebagian lagi masuk ke Malaysia. Nah yang di Malaysia ada indikasi mereka akan berangkat ke Myanmar. Kita perlu tahu sistem pengawasan orang asing di Myanmar sangat ketat tapi tidak menutup kemungkinan kalau mereka masuk dari Bangladesh, karena perbatasan di sana sangat sulit diawasi. Dalam situasi provokasi dan konflik berkepanjangan bukan tidak mungkin Rakhine akan berubah menjadi Suriah atau Marawi kedua. Jalan panjang perdamaian dan cita hidup berdampingan makin jauh diraih. Etnik Rohingya adalah etnik terbuang, mereka tidak di akui sebagai orang Myanmar, tradisi dan budaya jauh berbeda. Bahkan bahasa Myanmar etnik Rohingya banyak yang tidak mengerti. Begitu juga di Bangladesh mereka juga ditolak, dianggap orang asing. Mereka terusir dan terbuang. LADANG MINYAK DAN GAS Yang menjadi catatan kita, wilayah Arakan-Rakhine yang di huni mayoritas etnis Rohingya adalah ladang minyak dan gas. Artinya ada dugaan kuat konflik ini didasarkan pada perebutan secara paksa tanah dan sumber daya, khususnya minyak dan gas, di wilayah-wilayah sekitar. Catatan berikut mungkin sedikit membantu : 1). Pipa gas (mulai beroperasi 1 Juli 2013, dengan kapasitas 193,6 juta kubik kaki per hari) dan pipa minyak (mulai beroperasi 1 Desember 2013 dengan kapasitas 400 ribu barrels per hari) dari Kyauk Phyu ke perbatasan China sepanjang 803 km-yang dikelola oleh konsorsium bersama dengan komposisi kepemilikan saham 50,9 % CNPC (China), 25,04% Daewoo International (Korea), 8,35% ONGC (India), 7,37% Moge (Myanmar), 4,17% GAIL (India) dan 4,17% investorinvestor swasta lainnya; 2). Pipa gas (mulai beroperasi 1 Juli 2013, dengan kapasitas 105,6 juta kaki kubik per hari) dari Shwe ke Kyauk Phyu sepanjang 110 km- yang dikelola oleh konsorsium bersama dengan komposisi kepemilikan saham 51% Daewoo International (Korea), 17% ONGC (India), 15% Moge (Myanmar), 8,5% Gail (India) dan 8,5 Kogas (Korea); 3). Blok-blok minyak dan gas di Semenanjung Rakhine di mana Daewoo International (Korea), ONGC (India), Moge (Myanmar), Gail (India), Kogas (Korea), Woodside Petroleum (Australia), CNPC (China), Shell (Belanda/Inggris), Petronas (Malaysia), Moeco (Jepang), Statoil (Norweigia). Kemudian, Ophir Energy (Inggris), Parami Energy (Myanmar), Chevron (Amerika Serikat), Royal Marine Engineering (Myanmar), Myanmar Petroleum Resources (Myanmar), Total (Prancis), PTTEP (Thailand) dan Petronas Carigali (Malaysia) beroperasi dan berproduksi. Wilayah tersebut dilaporkan memiliki cadangan terbukti sebesar 7,836 triliun kaki kubik gas dan 1,379 miliar barel minyak-yang Beberapa blok di antaranya berproduksi sejak 2013, ditawarkan tahun ini sebagai temuan baru, dan beberapa blok lainnya jatuh tempo kontraknya tahun 2017 ini; dan 4). Blok-blok minyak dan gas di daratan Arakan di mana North Petro-Chem Corp (China), Gold Petrol (Myanmar), Interra Resources (Singapura), Geopetrol (Prancis), Petronas Carigali (Malaysia), Petroleum Brunei (Brunei), IGE Ltd. (Inggris), EPI Holdings (Hongkong/China), Aye Myint Khaing (Mynmar), PTTEP (Thailand). Kemudian, Moeco (Jepang), Palang Sophon (Thailand), WIN Resources (Amerika Serikat), Bashneft (Russia), A1 Construction (Myanmar), Smart Technical Services (Myanmar), Myanmar Petroleum Resources (Myanmar) dan ONGC (India) beroperasi dan berproduksi, di mana daerah tersebut dilaporkan memiliki cadangan terbukti sebesar 1,744 triliun kaki kubik gas dan 1,569 miliar barel minyak – yang beberapa blok di antaranya jatuh tempo kontraknya pada tahun 2017 ini. Terlepas dari itu semua. Upaya Diplomatik RI untuk Rohingya patut kita hormati dan dukung. Salah satunya jangan menjadi penyebar Hoax dan kebencian. Rohingya adalah konflik politik bukan Agama. Dalam situasi ini Rohingya lebih butuh dukungan doa dan lobi diplomatik daripada foto Hoax dan khutbah kebencian. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: