Menyaksikan Seni Kolosal Gending Paksi Naga Liman

Menyaksikan Seni Kolosal Gending Paksi Naga Liman

Perpaduan asimilasi dan pluralisasi kebudayaan diwujudkan dalam sebuah pertunjukan kolosal seni musik dan tari. Bertajuk Gending Paksi Naga Liman, memadukan laras pentatonik dan diatonik, pelog dan slendro, juga degung. Disisipi musik khas Tiongkok, Arab dan India sehingga menjadi pertunjukan yang unik, prigel dan nyaman dipandang. MIKE DWI SETIAWATI, Cirebon PERGELARAN seni kolosal Gending Paksi Naga Liman oleh Yayasan Cahya Widi itu menampilkan Kereta Paksi Naga Liman yang merupakan kendaraan dari Keraton Kanoman Cirebon. Dahulu, kereta ini digunakan Raja Keraton Kanoman untuk mengahadiri upacara kebesaran. Kolosal memperlihatkan tarian-tarian dan juga musik-musik diiringi dengan penjelasan-penjelasan sejarah mengenai Paksi Naga Liman itu sendiri. Seperti yang diketahui, kereta pusaka Paksi Naga Liman merupakan kendaraan utama Kerajaan Singhapura (1042-1440 M/936-1367 Caka) hingga masa Kesultanan Cirebon. Kereta kencana dengan inspirasi dari kendaraan perang Bathara Indra, yang diyakini telah ada sejak masa Pangeran Cakra Bhuana tertulis pada Candra Sangkala (1428 M/1350 Caka) yang digunakan untuk menyerang Kerajaan Galuh (1528 M). Kemudian temurun ke Kerajaan Cirebon dan juga digunakan oleh Sunan Gunung Jati dan menjdi kereta kebesaran Kerajaan Cirebon dan diteruskan oleh Panembahan Cirebon hingga Sultan Kanoman saat ini. Sempat mengalami reparasi oleh Pangeran Losari yang juga merupakan cicit dari Sunan Gunung Jati. \"Dibalik kemegahannya tersimpan pesan adiluhung dan sarat makna,\" ujar Ketua Yayasan Cahaya Widi dan juga Pangeran Patih Keraton Kanoman Cirebon, Pangeran Raja Mochamad Qodiran. Makna dari kolosal ini dapat dilihat dari nama keretanya sendiri. Yakni kata Paksi yang artinya badan bersayap adalah burung sebagai kendaraan Bathara Wisnu. \"Ini berisi pesan serta penanda simbol negeri Timur Tengah dan Unsur Islam yang diturunkan di Timur Tengah,\" kata Patih. Kemudian Naga (kepala bermahkota) yang merupakan perwujudan dari penguasa Caruban. Telah mahfum sebagai simbolisasi atas negeri Tiongkok dan kandungan anasir Buddha. Selanjutnya Liman (belalai) adalah gajah simbol Ganesha sebagai putra Dewa Syiwa dari negeri Hindustan India yang juga pengaruh unsur Hindu. Bahkan, berkembang penafsiran atas makna Paksi Naga Liman yang mengisyaratkan kejayaan kedaulatan. Burung penjaga kedaulatan di udara (Jaya Dirgantara) , Naga penjaga kedaulatan laut (Jaya Bahari) dan Gajah penjaga kedaulatan di darat (Jaya Bhumi). \"Secara keseluruhan, Paksi Naga Liman adalah simbol Cirebon sebagai negeri tempat terjadinya asimilasi dan pluralisasi dari tiga kebudayaan serta menempatkan Cirebon pada puncak keunggulan peradaban pada masanya,\" pungkasnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: