Tabrakan Arus Lalin di Lamer Gunungsari, Dishub: Untuk Kurangi Antrean
CIREBON – Pengaturan lampu merah Gunungsari dikeluhkan masyarakat. Penggunaan dua fase, dinilai menyulitkan pengendara khususnya yang berbelok dari Jl Cipto Mangunkusumo ke Jl RA Kartini. Pasalnya, di saat bersamaan juga berjalan kendaraan dari Jl Wahidin ke Jl Cipto Mangunkusumo. “Kadang suka susah belok, jadinya ada penumpukan di tengah karena kendaraan rebutan lewat,” ujar salah seorang pengendara, Ajeng Tantri (25), kepada Radar, Selasa (3/10). Kondisi itu kian menyulitkan saat lalu lintas memasuki jam padat. Kondisi serupa juga terjadi di lampu merah dari arah Jl Tuparev ke Jl Cipto Mk. Ada pertemuan arus dari kendaraan dari Jl RA Kartini ke Jl Tuparev. “Kadang kalau belok kanan sampai harus berhenti di tengah, itu yang dari arah Jl Kartini kan lurus jadi langsung,” tutur pengendara lainnya, Oom Nurohmah (29). Untuk pengendara wanita, kata dia, kondisi ini cukup menyulitkan. Apalagi ketika mengendarai sepeda motor. Seringkali terjadi saling serobot di pertemuan arus tersebut. “Agak sedikit mengkhawatirkan sih. Harusnya jangan sampai ada pertemuan arus di tengah,” katanya. Kendati demikian, Dinas Perhubungan (Dishub) rupanya punya alasan tersendiri. Penggunaan dua fase ini mempertimbangkan antrean kendaraan di kawasan itu. “Kami menghindari kemacetan,” ujar Kepala Dishub, Drs H Atang Hasan Dahlan MSi. Dijelaskan dia, dua fase tersebut berlaku di lampu merah arus Jalan Wahidin-Cipto dan Jl Cipto-Kartini. Meski terlihat bertabrakan arus, tetapi kondisi itu lebih baik ketimbang memberlakukan empat fase. Dalam uji coba sebelumnya, penggunaan empat fase justru membuat antrean kendaraan lebih panjang. Pasalnya, durasi lampu merah menjadi lebih lama. \"Alternatif pengaturan lampu itu ada pembagian fasenya, kita mau berapa fase di persimpangan tergantung dari besaran arus masing-masing kaki simpang. Kalau jalur padat, dua fase lampu merah ini yang paling disarankan,\" terangnya. Menurut Atang, penumpukan kendaraan di tengah persimpangan seringkali disebabkan pengendara yang tidak tertib berlalu lintas. Bila masing-masing tertib dan mengikuti fase lampu merah sesuai ketentuan, penumpukan tidak akan terjadi. Dishub sendiri bukan tidak berupaya menghilangkan tabrakan arus. Di Jalur Jl Wahidin ke arah Jl Cipto dibuat sepersekian detik lebih dulu untuk isyarat jalan. Upaya seperti ini merupakan pencegahan terjadinya tabrakan arus. Tapi lagi-lagi konflik arus lalu lintas itu kerap terjadi karena perilaku pengendara yang tidak tertib. \"Lampu merah Cipto itu kita dahulukan berapa detik, tujuannya supaya tidak terjadi crossing pengendara,\" pungkasnya. (myg)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: