Petani Tanam, Susah Nyiramnya
SEDONG - Klaim BPBD yang menyebut berhasil mengatasi kekeringan di Kabupaten Cirebon, dinilai prematur dan terlalu dini. Klaim itu dinilai sepihak dan tidak berdasarkan data yang ada di lapangan. Pasalnya, hujan yang terjadi beberapa hari lalu tidak bisa dijadikan jaminan bahwa kemarau akan segera usai. Hal tersebut dikatakan aktivis Cirebon Timur Adang Juhandi saat ditemui Radar Cirebon. Menurut Adang, tidak sedikit desa-desa di Cirebon Timur yang mengalami kekeringan. Bukan hanya sumber air yang digunakan untuk konsumsi yang semakin menyusut, namun air yang digunakan untuk pertanian pun semakin sulit ditemukan. “Memang benar beberapa waktu kemarin ada bantuan untuk sumur pantek, namun hanya sumurnya saja. Mesinnya belum datang, sehingga belum bisa digunakan, banyak petani yang kesulitan air,” ujarnya. Adang menyebutkan, para petani di Kecamatan Waled saat ini masih mengandalkan sumber air utama dari Sungai Ciberes. Namun, kondisi sungai Ciberes yang saat ini kering, membuat petani tidak bisa berbuat banyak dan hanya bisa pasrah. “Di kita ini masih banyak petani kecil, bukan petani besar. Boro-boro buat sewa pompa, mereka rata-rata mengandalkan air dari Ciberes. Namun saat ini tidak bisa, ladang pun tidak bisa disiram dan tanaman pun terancam mati,” imbuhnya. Sementara itu, Dusman (60) salah satu petani Desa Ciuyah mengatakan, sempat bersyukur beberapa hari yang lalu wilayahnya sempat diguyur hujan. Dia pun langsung menanam bibit bawang yang sudah beberapa lama ia simpan. “Kemarin pas ditanam tanahnya bagus baru hujan. Ini sudah ditanam nyiramnya yang susah, airnya tidak ada. Ngambil dari Ciberes pun tidak bisa karena saat ini sedang dinormalisasi. Jadi, kalau turun ke bawah dasar sungai medannya terlalu curam,” ungkapnya. (dri)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: