Waduh, 40 Persen Nelayan di Cirebon Melanggar Hukum
CIREBON – Sejumlah nelayan di Desa Ambulu, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon, mengeluhkan hasil tangkapan ikan yang terus menurun setiap tahunnya. Kondisi tersebut berlangsung bertahun-tahun. Malah, sekarang kondisinya bertambah parah. Hasil tangkap rajungan yang biasanya setiap hari membawa pulang 3 sampai 5 kilogram, terpaksa hanya mendapat 2 ekor atau 1 ekor. Hal itu dirasakan hampir sebagian banyak nelayan di Losari. “Di wilayah kita itu, banyak nelayan kejer (nelayan rajungan). Yang melaut tak lebih dari satu hari, jarang sampai ke tengah laut. Rata-rata nelayan tangkap rajungan dan kepiting sekarang kesulitan. Sudah beberapa hari hasil tangkapan semakin langka,” ujar tokoh nelayan Desa Ambulu, Samsurudin kepada Radar, kemarin (8/10). Kondisi tersebut, menurut pria yang akrab disapa Samsur ini, karena habitat rajungan dan kepiting rusak. Penyebabnya, ulah nelayan yang tidak bertanggung jawab. “Persoalannya ada di nelayan pengguna alat tangkap tidak ramah lingkungan. Setiap hari laut diaduk. Air laut itu mereka acak-acak, mulai ikan kecil, rajungan kecil dan kepiting kecil, mereka tangkap semua. Lama kelamaan kami yang kena imbasnya,” imbuhnya. Dia berharap, pemerintah secara tegas menerapkan aturan yang sudah tertuang dalam Permen KP Nomor 2 Tahun 2015. Di mana, dalam peraturan yang diteken Menteri Keluatan dan Perikanan Susi Pujiastuti disebutkan tentang pelarangan penggunaan alat tangkap tidak ramah lingkungan (Attral). “Mau alatnya kecil, kalau banyak ya sama saja merusak laut. Sosialisasi sebenarnya sudah sering dilakukan. Beberapa nelayan juga menyadari, tinggal yang tidak mau sadar ini harus segera ditindak. Jika tidak jera dengan peringatan, ya harus menegakkan hukum,” tuturnya. Sementara itu, Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia Kabupaten Cirebon Suherman mengatakan, saat ini dari hampir 10 ribu nelayan, sekitar 40 persen masih menggunakan alat tangkap tidak ramah lingkungan. “Sudah banyak yang sadar, dan sekarang berusaha untuk menggunakan alat tangkap yang ramah lingkungan. Tapi yang bandel banyak juga. Jumlahnya sekitar 40 persen dari total nelayan Cirebon,” paparnya. Diakuinya, saat ini hasil tangkapan nelayan terus menurun tiap tahunnya. Hal tersebut salah satunya disebabkan oleh ekosistem laut yang telah rusak karena penggunaan alat tangkap tidak ramah lingkungan. “Kalau penurunan hasil tangkap itu sudah terjadi sekitar 10 tahun terakhir. Ke sininya bertambah parah. Mudah-mudahan kesadaran para nelayan tumbuh semakin besar dan bersama-sama merehabilitasi ekosistem laut untuk masa depan,” ungkapnya. (dri)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: