Peluang Jadi Kota Pusaka
CIREBON - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI melirik Kota Cirebon sebagai tempat uji petik penyusunan naskah. Naskah itu akan menjadi pedoman peningkatan kualitas Kota Pusaka, termasuk Cirebon. Bersaing dengan Kota Pusaka lainnya, Cirebon memiliki keunggulan yang berbeda. Tampak hadir sultan dari keraton di Cirebon. Beberapa pejabat Kota dan Kabupaten Cirebon, serta aktivis budaya dan peminat benda pusaka. Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat SE menyatakan, Kota Cirebon termasuk ke dalam kriteria Kota Pusaka. Sebab berbagai syarat yang diajukan telah terpenuhi. “Banyak festival dan acara yang dilakukan dengan kearifan lokal. Juga mengandung nilai budaya leluhur,” terangnya di hadapan perwakilan kementerian di Hotel Permata Hijau, Kejaksan, Senin (3/12). Arief dan para sultan lainnya, mendesak Kota Cirebon dijadikan Kota Pusaka. “Banyak naskah kuno yang harus digali dan dipublikasikan. Ini bisa menjadi daya tarik wisata,” ujar Arief, seraya menyebutkan Masjid Agung Sang Cipta Rasa merupakan karya sejarah yang sezaman dengan Masjid Agung Demak. “Kerajaan Demak sudah pensiun, tapi di Cirebon masih tegak. Potensi-potensi ini diharapkan mampu menggerakkan ekonomi kreatif,” ucapnya lantas membeberkan dalam waktu dekat akan ada Kongres Bahasa Cirebon. Perwakilan kementerian, Suhartini Sekartjakrarini menuturkan, keraton dan benda pusaka di Cirebon menjadi sumber daya tidak terbarukan. Sebab jika sudah rusak, situs dan aset sejarah di Kota Cirebon tidak akan bisa dikembalikan lagi. Perlu langkah untuk mengumpulkan potensi di Cirebon. “Satu dari sekian yang ada, harus diangkat dan menjadi yang paling spesial dari Cirebon,” pesannya. Diharapkan pula penataan dan potensi aset wisata serta ekonomi kreatif yang dikembangkan di Cirebon, harus bisa mengemas kelokalan agar menarik. “Cirebon kota transit, harus pandai mengemas,” sarannya. Aktivis Pusaka Kendi Pertula, Mustakim Astaja menyampaikan peninggalan Sunan Gunung Jati sangat banyak. Terlihat dari keragaman budaya Cirebon. Keraton dan masyarakat memiliki banyak agenda budaya yang mengakomodasi kearifan lokal. Seperti ngunjung, nadran, dan sejenisnya. “Kalau ini dikemas dengan baik, akan menghasilkan banyak hal. Kota Cirebon harus jadi Kota Pusaka,” desaknya. Mustakim mengkritisi Wali Kota Subardi. Menurutnya, wali kota dableg (keras kepala, red) dan tidak peduli budaya. Dia berharap wali kota berikutnya mau peduli dengan budaya dan pusaka Cirebon. Ditegaskannya, Cirebon memiliki keunggulan komparatif dibanding Kota Pusaka lainnya. Namun keunggulan komparatif saja tidak berguna tanpa keunggulan kompetitif. (ysf)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: