Demokrat-PKS Teken MoU, Buka Peta Pemaketan Balon Cabup Kuningan

Demokrat-PKS Teken MoU, Buka Peta Pemaketan Balon Cabup Kuningan

KUNINGAN-Adanya MoU PKS dengan Partai Demokrat untuk mendapat restu dari masing-masing DPP, mengusung Yosa Octora Santono SSi MM-H-Agus Budiman SPt, dipandang sebagai cikal bakal terwujudnya koalisi di Pilbup Kuningan 2018. Kendati MoU tersebut masih samar, namun setidaknya telah sedikit membuka peta pemaketan bakal pasangan calon (paslon). Aktivis Forum Tekkad, Sujarwo BA mengungkapkan, posisi PKS dan Demokrat dengan bermodalkan 10 kursi (masing-masing 5 kursi) di parlemen, telah menjadikan duet maut mengusung calon bupati dan wakil bupati. “Jumlah 10 kursi sudah jadi tiket dalam pesta demokrasi merebut nakhoda lembaga eksekutif. Terlebih, jika dalam perjalanannya, PAN yang dalam Pilgub Jabar juga ada dalam koalisi bersama PKS dan Demokrat, akan lebih memperkuat barisan menyaingi dominasi PDIP yang tentu berambisi mempertahankan kekuasaan selama 2 dasawarsa (20 tahun) berturut-turut,” ungkap Mang Ewo, sapaannya, kemarin. Rencana hengkangnya Partai Gerindra yang sebelumnya berada dalam barisan Koalisi Umat bersama PAN, PKS dan Demokrat, lanjut Mang Ewo, sudah diprediksi berbagai kalangan. Dengan segala kelebihan yang dimiliki Ketua DPC Partai Gerindra H Dede Ismail SIP MSi (Deis), langkah Gerindra yang mengklaim mengusung M Rido Suganda MSi (Edo) untuk K1 (cabup Kuningan, red) juga belum dapat diyakini terwujud. “Rasanya saya tidak yakin kalau Gerindra yang diketuai Pak Deis mengusung putra bungsu Pak Aang, yaitu M Ridho Suganda. Apalagi saat ini kan Edo masih bertarung dalam konvensi cabup/cawabup Kuningan di internal partainya, yakni PDIP,” tuturnya. Yang cukup mengejutkan masyarakat, Mang Ewo sekaligus pengamat politik Kuningan mengaku, dalam MoU PKS-Demokrat, dengan gambling, nama Yosa sebagai balon yang disodorkan. Padahal, siapapun mengetahui hingga saat ini konvensi cabup/cawabup Kuningan di internal Demokrat Kabupaten Kuningan belum menghasilkan calon. Sehingga. munculnya nama Yosa telah menimbulkan dugaan bahwa jajaran Demokrat terkesan meniadakan peserta konvensi yang lainnya, yakni HT Mamat Robby Suganda (MRS) SSos MSi yang sebelumnya sempat mendaftar ke Gerindra. “Padahal di Demokrat sendiri kan masih proses konvensi? Ada dua bakal kandidat, yaitu Pak Yosa dan MRS. Kalau umpamanya rekomendasi dari DPP Demokrat telah turun dan jatuh ke Pak Yosa, saya nggak tahu kalau begitu,” ujarnya. Pengamat politik lainnya, Boy Sandi Kartanegara memandang, MoU PKS dengan Demokrat yang di dalamnya mengarah kepada koalisi untuk mengusung pasangan cabup-cawabup Yosa-Agus, bukan hal yang luar biasa. Langkah kedua partai ini sangat wajar karena dalam menuju pilkada, pasti ada komunikasi antarpartai. Menurutnya, itu hal lumrah, bahkan partai dengan ormas juga ada yang komunikasi. “Itu mungkin hanya aspirasi dari partai yang mengusulkan itu. Kalau rekomendasi Demokrat sudah turun, saya pikir prosesnya tidak sesederhana itu,” jelasnya. “Di partai lain juga terjadi. Ada si A, si B, si C yang mendaftar.  Toh rekomendasi sampai saat ini belum turun juga. Ini hanya sama-sama ikhtiar saja dalam rangka komunikasi. Mereka pasti sama-sama menyadari masing-masing tidak mungkin mengusung sendiri karena kursinya hanya 5. Jadi, saya kira ini bukan hal yang luar biasa. Dalam politik biasa-biasa saja yang seperti ini,” ungkap Boy. Boy juga menganggap wajar ketika PAN akan memajukan Ketuanya H Udin Kusnaedi SE MSi dan di Gerindra kini ada Edo. Namun demikian, dipandang cukup sulit ada perkawinan politik yang langgeng. Yang sebenarnya koalisi akan menang di Pilkada 2018, lanjutnya, itu bukan koalisi partai dengan partai, tapi kemenangan koalisi partai dengan rakyat. “Masing-masing punya kreativitas dalam rangka memasarkan dirinya. Ada yang melalui ini, melalui itu. Silahkan saja nanti rakyat menilai. Sampai sekarang semuanya belum ada yang sudah menjadi satu kepastian. Yang terjadi hanya dinamika saja di masing-masing partai,” ujarnya. Terkait indikasi kuat Koalisi Umat bubar, Boy tidak lagi berharap koalisi ini utuh karena masing-masing punya trik tersendiri dan punya sistem. Lagi-lagi, dia menyebut sulit melihat ada pernikahan yang langgeng dalam politik. Termasuk di dalamnya pernikahan Koalisi Umat.  Lebih jauh lagi dia berpendapat seperti yang lain, di Pilkada 2018 nanti, diprediksi hanya ada tiga pasangan calon. Jika lebih pun hanya empat pasangan. Namun dia tidak bisa memastikan dinamikanya seperti apa. Justru yang menarik ada Demokrat dan PKS melakukan MoU, ini satu-satunya yang sudah memberikan sedikit kejelasan untuk pasangan calon. “Mereka lebih punya keberanian untuk berjalan meskipun belum tentu direstui DPP. Tapi paling tidak sudah ada keberanian. Incumbent saja sampai hari ini dia belum menunjukkan secara terbuka akan mengambil siapa untuk calon wakilnya. Saya apresiasi terhadap langkah PKS dan Demokrat walaupun memang bukan sesuatu hal yang luar biasa dalam politik,” pungkas Boy. (muh)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: