Ketua KPU Kuningan Ajak Mahasiswa Unisa Tidak Golput

Ketua KPU Kuningan Ajak Mahasiswa Unisa Tidak Golput

KUNINGAN-Ketua KPU Kabupaten Kuningan Hj Heni Susilawati SSos MM mengajak para mahasiswa Universitas Islam Al-Ihya (Unisa) agar tidak golput (golongan putih) pada Pilkada serentak 2018 mendatang. Ajakan tersebut disampaikan Heni saat menyampaikan materi dalam acara Seminar Pemilu Raya yang digelar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat STAI Al-Ihya di aula kampus setempat. Hadir pada acara itu, Kasat Intelkam Polres Kuningan AKP Iwan Rasiwan SH MH, Bhabinkamtibmas Kelurahan Cigugur Aiptu H Zainal, Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) Cigugur, dan seluruh anggota HMI Komisariat STAI Al-Ihya Cabang Kuningan. Kegiatan secara resmi dibuka oleh Kabag Kemahasiswaan Unisa Kuningan Asep Nugraha SPdI. Sebelum menyajikan materi, peserta terlebih dahulu dikenalkan dengan permainan Kahoot, yakni permainan berbasis internet yang di dalamnya terdapat kuis dengan pilihan jawaban. Untuk pertanyaannya sendiri, dapat dibuat sesuai dengan kebutuhan. Pengenalan Kahoot dalam kegiatan tersebut bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan peserta tentang kepemiluan. Ketua KPU Hj Heni Susilawati SSos MM dalam materi yang disajikannya berupa Pendidikan Politik Pemilih Pemula, menjelaskan tentang pentingnya partisipasi civitas akademika dalam pemilihan. Dikatakan, Pilkada serentak 2018 akan diselenggarakan di 171 daerah otonom, 17 provinsi, 115 kabupaten, dan 39 kota di Indonesia. Terdapat 2 tahapan pemilihan, yakni persiapan dan tahapan pemilihan. Persiapan terdiri dari perencanaan program dan anggaran, yakni penyusunan dan penandatangan Naskah Perjanjian Hibah Daerah (NPHD), dan penyusunan dan pengesahan peraturan penyelenggaraan pemilihan. Selain itu, tahapan berikutnya berupa sosialisasi kepada masyarakat dan penyuluhan/bimbingan teknis kepada KPU Provinsi/KIP Aceh, KPU Kabupaten/Kota, PPK, PPS, dan KPPS. Kemudian pembentukan PPK, PPS, dan KPPS, pendaftaran pemantau pemilihan, pengolahan Daftar Penduduk Potensial Pemilih Pemilihan (DP4), dan pemutakhiran data dan daftar pemilih. Tahapan berikutnya, terdiri dari pencalonan, sengketa tata usaha negara pemilihan, masa kampanye, laporan dan audit dana kampanye, pengadaan dan pendistribusian perlengkapan pemungutan dan penghitungan suara, pemungutan dan penghitungan suara, rekapitulasi hasil penghitungan suara, penetapan pasangan calon terpilih tanpa permohonan Perselisihan Hasil Penilihan (PHP), sengketa PHP, penetapan pasangan calon terpilih pasca putusan Mahkamah Konstitusi, pengusulan pengesahan pengangkatan pasangan calon, dan evaluasi serta pelaporan tahapan. “Jika kaum intelektual yang notabene masih memegang teguh idealismenya sudah apatis terhadap pemilihan, maka akan lahir pemimpin yang tidak diharapkan masyarakat. Kaum intelektual seyogyanya dapat menjadi percontohan sikap peduli terhadap pesta demokrasi bagi masyarakat luas,” kata Heni. Untuk itu, Heni mengharapkan agar civitas akademika menjadi kelompok terdepan yang menolak keras money politic. Di setiap kegiatan yang dilakukan oleh pelajar dan mahasiswa seyogyanya mampu berperan aktif dalam mencerdaskan dan menyadarkan masyarakat, bahwa money politic itu sama sekali tidak ada manfaatnya dalam kehidupan yang akan datang. Selain itu, diharapkan pula civitas akademika turut aktif mengawasi proses pemilu dan Pilpres 2019. “Mengenali visi, misi, dan tujuan pasangan calon adalah salah satu cara konkret dalam mengenali Paslon yang pantas untuk memimpin Kabupaten Kuningan. Pelajari juga track record-nya, catat janjinya, kemudian pelajari juga program-program yang ditawarkannya untuk Kuningan,” harapnya. Narasumber berikutnya yakni Kasat Intelkam Polres Kuningan AKP Iwan Rasiwan SH MH. Iwan menyampaikan tentang Undang-Undang ITE dan bentuk-bentuk pelanggaran teknologi informasi. Menurutnya, mahasiswa dan pelajar diharapkan menjadi kelompok pertama yang mampu memilah mana berita yang asli dan mana berita yang hoax. Ia mengingatkan agar jangan tergesa-gesa menyambunglidahkan informasi jika berita yang diterima masih diragukan. “Civitas akademika diharapkan pula menjadi solusi saat terjadi isu-isu sara dalam proses pemilu. Civitas akademika dengan kemampuan intelektualitasnya diharapkan juga harus mampu menularkan kecerdasannya kepada masyarakat agar tidak mudah terjebak hoax,” imbaunya. Kegiatan diakhiri dengan post test kepemiliuan. Melalui permainan Kahoot lagi, peserta dievaluasi sejauh mana materi yang telah disampaikan dapat dipahami. Alhasil, muncullah tiga peringkat tertinggi dari seluruh peserta dan berhak mendapatkan reward yang telah disiapkan panita. (muh)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: