Harga Telur Naik, Singkong Diburu
CIREBON – Menjelang Natal dah Tahun Baru (Nataru), harga telur ayam ras melonjak tajam hingga mencapai Rp 27 ribu per kilogram. Kenaikan harga yang cukup fantastis ini jelas memukul konsumen. Sebab, kebutuhan telur untuk lauk pauk di saat musim paceklik sangat tinggi. Ini lantaran komoditas lauk pauk berharga murah lainnya seperti ikan laut, sulit didapat akibat cuaca buruk. Emi (39), ibu rumah tangga asal Kecamatan Losarang, mengaku kaget terjadinya lonjakan harga telur di pasaran. Sebab, biasanya harga telur di kisaran Rp20 ribu sekilo. “Kaget saja, harganya tinggi banget. Pas duit juga lagi seret, maklum akhir bulan,” ujarnya kepada Radar, Jumat (22/10). Dari omongan penjualnya, kenaikan harga telur imbas dari cuaca buruk yang membuat ayam sulit bertelur. Ditambah lagi permintaan sedang tinggi saat menjelang Nataru. “Mungkin bercanda, tapi mau gimana lagi,” keluhnya. Sementara itu, sejumlah pedagang mengklaim, kenaikan harga telur tidak mengurangi jumlah pengiriman. “Lancar, stok ada. Tapi ya itu, harganya naik,” kata Tepol, salah seorang pedagang sembako. Dirinya mengaku ikut kecipratan apes. Karena, selain omset dagangan yang merosot, dia kerap terkena imbas dari pelanggan yang memprotes harga. Di bagian lain, bersamaan dengan datangnya musim paceklik, berdampak pada meningkatnya permintaan singkong dan ubi jalar. Harganya yang relatif murah yakni Rp2.000 per kilogram untuk singkong dan Rp3.500 per kilogram untuk ubi jalar. Dua makanan pokok pengganti nasi ini diburu warga. Warsi (54), pedagang singkong di Kecamatan Patrol mengatakan, sejak musim penghujan dan masa paceklik, semakin banyak warga yang mencari dua menu makanan tersebut. Oleh warga, singkong dan ubi jalar dijadikan sebagai alternatif pengganti nasi atau pun makanan selingan. (kho)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: