Minim Skill, 83 Persen TKI Jadi Tenaga Informal
WARGA Kabupaten Indramayu yang menjadi TKI terhitung hingga akhir November 2017 sebanyak 16.896 orang. Namun sayangnya, 14.185 orang atau sekitar 83 persen dari TKI itu bekerja sebagai tenaga informal. Keterbatasan keterampilan membuat mereka hanya menjadi asisten rumah tangga. Padahal jika memiliki skill, mereka kemungkinan dipekerjakan di pabrik-pabrik ataupun industri lainnya. Upah yang didapat pun akan lebih besar. Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kabupaten Indramayu, Daddy Haryadi mengakui sebagian besar TKI asal Indramayu bekerja di sektor informal seperti menjadi pembantu rumah tangga atau pelayan restoran. Hal ini pun menjadi catatan baginya. Disnaker selaku leading sector pun akan berupaya agar TKI yang diberangkatkan ke luar negeri memiliki skill khusus. Apalagi saat ini Disnaker Indramayu sudah memiliki Balai Latihan Kerja (BLK). “Ke depan mereka yang diberangkatkan keluar negeri adalah yang memiliki skill,” tandas Dadi. Dadi menambahkan, disnaker juga terus meningkatkan pelayanan bagi para calon TKI yang akan bekerja keluar negeri. Saat ini Disnaker Indramayu juga telah memiliki kantor Layanan Terpadu Satu Pintu (LTSP), di mana calon TKI bisa mengurus berbagai macam persyaratan sekaligus dalam satu gedung. Untuk negara tujuan TKI, di tahun 2017, Taiwan masih menjadi negara favorit. Selanjutnya Hongkong, Malaysia, Singapura, Korea Selatan dan Brunei Darussalam. Penempatan TKI kini lebih terkonsentrasi di kawasan Asia karena adanya moratorium kawasan Timur Tengah. “Untuk ke Timur Tengah memang masih moratorium, jadi tidak ada pengiriman TKI ke sana, kecuali untuk TKI yang cuti masih bisa kita proses keberangkatan mereka ke Timur Tengah,” jelas Sukirman, Kasie Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri pada Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Indramayu. (oet)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: