Musim Baratan, Nelayan Cirebon Krisis Tangkapan Ikan

Musim Baratan, Nelayan Cirebon Krisis Tangkapan Ikan

CIREBON - Sejumlah nelayan di Desa Gebang Mekar, Kecamatan Gebang, mengeluh karena turunnya hasil tangkapan ikan dalam sebulan terakhir. Karena minimnya hasil tangkapan, para pelaku usaha olahan ikan mendatangkan bahan baku dari luar Cirebon untuk memenuhi kebutuhan industri. Tokoh nelayan Gebang, H Rojudin mengatakan, musim angin kencang, hujan tiba-tiba dan gelombang air laut yang tinggi, atau disebut dengan musim baratan, sudah berlangsung sekitar satu bulan terakhir. Dampak dari musim baratan, banyak nelayan yang enggan melaut karena angin dan ombak sedang tidak bersahabat. “Ombak sekarang bisa sangat tinggi. Paling rendah tiga meter. Angin juga sedang kencang. Banyak nelayan yang pilih libur. Tentu secara tidak langsung, ini memengaruhi produktivitas nelayan,” ujar Rojudin. Menurutnya, dampak yang paling terasa adalah naiknya harga sejumlah jenis ikan khas hasil tangkapan nelayan pantura. Bahkan, untuk menutup kebutuhan permintaan ikan yang tinggi, sejumlah pelaku usaha olahan ikan mendatangkan ikan dari luar daerah. “Untuk ikan, ada yang didatangkan dari Brebes dan Indramayu. Dari Cirebon harganya tinggi. Selain itu, di Cirebon stok ikan sedikit,” tegasnya. Harga ikan saat ini mengalami kenaikan bervariasi. Dari mulai 50 persen sampai 100 persen. Bahkan ada beberapa jenis ikan yang sampai naik hingga 150 persen. “Harga ikan Teri Jengki biasanya Rp10 ribu per kilogram, naik jadi Rp22 ribu per kilogram. Ikan Tanjan yang biasanya Rp3 ribu, sekarang Rp5 ribu,” bebernya. Ketua DPD Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI), H Suherman membenarkan jika saat ini para nelayan sedang menghadapi musim baratan. Namun menurutnya, yang dihadapi nelayan saat ini lebih pelik ketimbang tahun-tahun sebelumnya. “Kalau dulu, saat musim baratan, biasanya full. Bisa dua bulan atau tiga bulan nelayan tidak melaut. Kalau sekarang cuacanya tidak menentu. Kadang cerah dan tenang, tapi tiba-tiba cuaca buruk. Ini mungkin ada pengaruhnya dengan perubahan iklim,” ungkapnya. Kondisi para nelayan saat ini masih bisa berkativitas. Beberapa di antaranya masih berani melaut meski mengahdapi risiko yang sangat riskan. “Banyak yang melaut. Kalau hasil tangkapan turun, saya yakin bukan karena faktor pengaruh musim baratan. Angin justru membawa ikan ke daerah nelayan. Kalau hasil tangkapan, itu lebih ke arah penggunaan alat tangkap ikan tidak ramah lingkungan,” pungkasnya. (dri)    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: