KUNINGAN - Rentetan senjata dan letusan bom mengejutkan masyarakat dan tentara yang tengah berkumpul di lapangan upacara Sekolah Dasar (SD) Negeri Seda, Desa Seda, Kecamatan Mandirancan, Rabu (31/1) pagi. Seketika warga pun tiarap dan merayap di tanah yang basah karena guyuran air hujan semalam melewati rintangan tali kemudian melanjutkan perjalanan hingga mata air Cipaniis.
Suara rentetan senjata tersebut ternyata bukanlah akibat adanya serangan militer ataupun teror, melainkan sebuah sosio drama yang mengawali kegiatan Lintas Medan Napak Tilas Perjuangan Pahlawan ALRI pada masa agresi militer Belanda yang diikuti para parajurit TNI AL Lanal Cirebon bersama unsur masyarakat dan unsur maritim.
Mereka terdiri dari pelajar dari beberapa SMK Maritim di Cirebon, Polair, BPBD, FKPPI, klub motor XTC, Ormas Macan Ali dan juga Sedulur Cirebon yang terbagi dalam 10 kelompok menelusuri jalur hutan lereng Gunung Ciremai sejauh 10 kilometer.
\"Mereka melakukan perjalanan seperti yang pernah dilakukan para pejuang dahulu. Sepanjang jalur napak tilas akan ada beberapa pos yang harus disinggahi peserta untuk melakukan tantangan yang disiapkan panitia. Bagi yang tiba di garis finish dengan waktu tercepat dan tim yang paling kompak akan mendapatkan hadiah menarik dari kami,\" ungkap Komandan Pangkalan Angkatan Laut (Danlanal) Cirebon Letkol Mar Yustinus Rudiman, MTrHanla, MTr (Han) di sela-sela pelepasan peserta Lintas Medan.
Menurut Danlal, kegiatan Lintas Medan adalah hal yang biasa bagi prajurit TNI maupun Polri. Namun kali ini, pihaknya melibatkan masyarakat untuk merasakan langsung perjuangan para pahlawan saat pertempuran melawan penjajah Belanda zaman dahulu dengan taktik gerilya keluar masuk hutan.
\"Lintas Medan kali ini dilaksanakan dengan jarak tempuh kurang lebih 10 kilometer dari titik start desa Seda dan finish di objek wisata Cipaniis. Beberapa tantangan yang harus dijalani, sebagai bentuk latihan dan uji keterampilan bagi para peserta agar mampu memupuk keberasamaan dan kekompakkan serta untuk meningkatkan mental kejuangan dan mental psikologis peserta,\" ujar Rudiman.
Dijelaskan Rudiman, kegiatan Lintas Medan yang baru pertama kali digelar tersebut dalam rangka napak tilas perjuangan para pahlawan ALRI pada masa agresi militer Belanda yang terjadi tahun 1947 silam.
Kelicikan Belanda yang melanggar Perundingan Linggarjati menyebabkan terjadi pertempuran laut pada tanggal 5 Januari 1947 yang menyebabkan KRI Gajah Mada-408 yang dipimpin Letnan Laut Samadikun tenggelam. Sang Komandan Letnan Laut Samadikun pun gugur sebagai kesuma bangsa sehingga kemudian namanya diabadikan menjadi salah satu KRI di jajaran Angkatan Laut.
Selanjutnya, kata Rudiman, dalam rangka menghadapi serangan Belanda pada Agresi Militer pertama tanggal 21 Juli 1947, memaksa pasukan ALRI Cirebon memindahkan kekuatan di antaranya ke Kuningan Utara dan sekitar Gunung Ciremai.
Dipimpin oleh Kapten Idma Kartasasmita, dalam pemindahan kekuatan ALRI Cirebon ke Kuningan tersebut terjadi beberapa kali pertempuran dengan taktik gerilya hingga menyebabkan 20 personel gugur dan dimakamkan di sekitar Balong Dalem, Jalaksana, yang kini dijadikan monumen sekaligus Taman Makam Pahlawan Samudera.
\"Lintas Medan ini merupakan manifestasi dari napak tilas perjuangan para pahlawan ALRI dalam membela tanah air tercinta Indonesia dari serangan agresi militer Belanda.
Sengaja kami melibatkan masyarakat sipil dan juga pelajar, untuk merasakan bagaimana beratnya perjuangan para pahlawan dahulu dalam merebut kemerdekaan. Bagaimanapun juga, kewajiban bela negara bukan hanya berada pada pundak prajurit TNI dan kepolisian saja, melainkan juga kewajiban setiap warga negara Indonesia sebagai komponen pendukung,\" tegas Rudiman.
Kegiatan Lintas Medan ini, lanjut Rudiman, merupakan program Lanal Cirebon dalam rangka meningkatkan kemanunggalan TNI bersama rakyat yang merupakan pilar kekuatan bangsa. Tidak menutup kemungkinan, kegiatan yang baru digelar pertama kali tersebut akan menjadi agenda rutin tahunan Lanal Cirebon dengan peserta yang lebih banyak ke depannya. (fik)