Harga Gabah di Indramayu Rp8.200, Beras Rp13 Ribu
INDRAMAYU–Ancaman krisis pangan semakin membayang. Tercermin dari semakin melambungnya harga gabah dan beras di pasaran. Pada perdagangan di akhir Januari 2018 ini, harga gabah kering giling menembus Rp8.200 per kilogram. Kondisi ini mengerek harga beras jenis medium diangka Rp13 ribu sekilo. Jauh melebihi HET yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp9.450/kg, posisi ini merupakan harga tertinggi sepanjang sejarah. “Selama saya jualan puluhan tahun, ini baru pertama kali terjadi. Harga gabah dan beras mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah,” ungkap Wawi, pedagang beras di Kecamatan Patrol. Seingatnya, harga beras perlahan-lahan mengalami kenaikan sejak Nopember 2017 silam. Memasuki awal tahun 2018, setiap minggu beras naik secara konstan antara Rp300-500 hingga mencapai harga sekarang. Demikian pula terjadi dengan harga gabah yang saat ini mulai langka sehingga dipatok dengan harga tidak wajar. Kondisi fluktuasi harga beras dan gabah menyulitkan dia dan pedagang lainnya menentukan nilai jual. “Kita jual harga Rp13 ribu saja cuma ambil untung lima ratus perak sekilo. Ambil di pabrik penggilingan Rp12.500. Belum ongkos transportasi, kuli angkut. Mestinya seribu perak sekilo, tapi kasihan pelanggan,” terang dia. Pedagang beras di Kecamatan Anjatan, Nurjani turut mengamini. Harga gabah dan beras terus naik kendati di tengah kabar kebijakan pemerintah untuk mengimpor beras. Imbasnya omzet mengalami penurunan penjualan selama kurang lebih dua bulan. Untungnya, dia mengaku tidak banyak menerima komplain dari pembeli yang justru menganggap wajar adanya kenaikan harga beras ini. “Pelanggan sih sudah paham, cuma ya itu penjualan turun. Kita aja rencana mau jual mobil nih,” keluh dia. Menurut pendapatnya, harga beras naik dikarenakan para petani belum panen. Hal itulah yang membuat pasokan beras semakin sedikit sehingga harus mengalami kenaikan harga. Nurjani juga pesimis beras impor yang didatangkan dari Thailand dan Vietnam bisa menekan laju kenaikan harga bahan pokok utama masyarakat ini. Sebab, pelanggan dan dirinya belum pernah mencicipi beras dari luar negeri. “Kalau gak enak percuma meskipun harganya lebih murah. Pelanggan akan tetap pilih beras lokal walau mahal,” katanya. (kho)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: