Ibu Kota Siaga, Bogor Longsor
JAKARTA - Ibu kota siaga banjir. Hujan deras di kawasan Puncak dan Kabupaten Bogor telah mengakibatkan longsor sekaligus membuat ketinggian air Sungai Ciliwung mendekati batas bahaya. Banjir diprediksi mengancam DKI Jakarta hingga tiga hari ke depan. Sampai tadi malam pukul 22.00 WIB, ketinggian air di pintu air Manggarai, Jakarta Selatan, mencapai 860 cm. Kepala Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jupan Royter menilai tidak ada banjir siklus lima tahunan di ibu kota. Menurut dia, banjir yang terjadi pada 2018 ini kiriman dari Bendungan Katulampa, Bogor dan intensitas hujan tinggi. “Tidak ada siklus lima tahunan. Ini memang kiriman dari Bogor,” kata Jupan di Jakata kemarin. Menurut Jupan, jika intensitas hujan terus meninggi dari hulu, maka banjir Jakarta akan terjadi hingga hari ini (6/2). Jupan menambahkan, banjir di DKI Jakarta merupakan kejadian tahunan. Persoalan, besar atau kecilnya bisa diprediksi setelah dikatahui curah hujan terus tinggi. BPBD DKI, kata dia, sudah memberikan peringatan terhadap warga yang wilayahnya terkena banjir. Terutama, masyarakat yang tinggal di bantaran sepanjang kali Ciliwung. Lebih lanjut, Jupan berharap situasi di Katulampa, menyurut agar banjir di Jakarta segera bisa surut. “Kami berharap banjir cepat berlalu,” ungkapnya. Sementara itu, Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLHK) Siti Nurbaya mengatakan, longsor di Bogor dan banjir kiriman ke Jakarta disebabkan oleh kondisi kawasan Puncak yang gundul. Berdasarkan data KLHK, vegetation cover atau areal hutan padat hanya menyisakan 13 persen. “Jadi sudah bisa kebayang kan, run off tinggi, erosi dan lain-lain itu memang bisa terjadi,” ujarnya di Kantor Presiden, Jakarta, kemarin (5/2). Hal itu kemudian diperparah dengan jumlah pemukiman di wilayah daerah aliran sungai (DAS) meningkat tajam. Untuk DAS Sungai Ciliwung saja, dari tahun 1998 ke tahun 2008 jumlah pemukiman mencapai 3,5 kali lipat. “Apalagi sekarang ke 2018, jadi betul-betul situasinya harus kita ikuti,” imbuhnya. Selain aspek lingkungan, aspek cuaca juga berperan besar pada longsor dan banjir kiriman yang melanda Jakarta. Dari beberapa titik yang diawasi di Kawasan puncak Bogor, curah hujan rata-rata mencapai 150 milimeter (mm) per harinya. Antara lain di Gunung Mas 151 mm, di Greenhills 148 mm, dan di Riung Gunung 151 mm. Angka tersebut, lanjut Siti, terhitung cukup besar. Sebagai perbandingan, untuk provinsi Nusa Tenggara Timur saja, dalam satu tahun hanya berada di kisaran 700- 900 mm per tahun. “Bayangin kalau NTT misalnya cuma 700 mm, paling tinggi 900mm setahun, ini 151 mm sehari,” tuturnya. Terkait penanggulangan lingkungan kawasan puncak dan DAS, KLHK sudah melakukan penelitian. Hasilnya, pembuatan Bipori di kawasan tersebut sangat direkomendasikan dibandingkan membuat Dam atau bendungan. Sementara untuk banjir Jakarta, persoalannya bisa lebih kompleks. Karena melibatkan Kawasan DAS di Bogor, Depok, hingga di kawasan ibu kota. (riz/bry/far)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: